Tuesday 21 October 2008

Pungkuratung

Sebuah kejadian yang cukup dramatis dan penuh nilai-nilai mistis. Malam itu, Gopal, sahabatku yang keturunan Arab terpaksa kuminta datang ke rumah kontrakanku. Karena tetanggaku, mahasiswi yang kos disebelah rumah sedang mendapat masalah, namanya Nenden. Dia kesurupan, alias kesambet, atau kerasukan, atau apalah namanya. Aku hubungi Gopal, karena dia mengerti masalah yang sepeti itu. Kisah ini sedikit berbau horor, tapi tidak terlalu menakutkan kok.

Menurut teman satu kos Nenden, Lidya. Temannya itu tiba-tiba tertawa sendiri tanpa sebab, kemudian menangis, menjerit dan mencakar-cakar bantal, kasur dan apapun yang ada disekitarnya. Bahkan saat melihat temannya itu seperti melihat musuh bebuyutan. Aku bergidik mendengar ceita Lidya, apalagi Lidya yang satu kamar dengannya. Wajar saja kalau Lidya cepat-cepat mengadu kepadaku, karena akulah satu-satunya yang ada di kontrakan ketika itu, dan aku pula yang paling dekat untuk dia mintai pertolongan. Kebetulan dua teman satu kontrakan aku lagi pada keluyuran.


Setahu aku Nenden sedang kesurupan makhluk halus yang tidak tahu dari mana datangnya dan apa sebabnya. Meski aku tahu itu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Karena aku hidup di dunia nyata, tidak penah berurusan dengan hal yang begitu-begituan. Kalau orang yang mengganggu mungkin aku bisa mengusir dan melawannya, karena kelihatan. Tapi kalau yang seperti ini, terpaksa aku serahkan kepada Gopal, sahabatku.

Tak lama suara motor Shogun sampai didepan rumah. Itulah Gopal sahabatku yang aku tunggu dan tumpuan harapan bagi Lidya semoga bisa membantu teman satu kosnya yang sedang mendapat masalah itu.

"Ada apa Bo. Siapa yang di ganggu," tanya Gopal tanpa basa-basi.
"Tetangga gue. Nih teman se kosnya, namanya Lidya. Lidya ni Gopal," jawabku sambil mempekenalkan keduanya.

"Siapa namanya," tanya Gopal.
"Lidya," jawab Lidya sambil menyodorkan tangan untuk dijabat. Gopal cepat menyambut.
"Bukan. Maksud saya teman se kos kamu!?," Gopal mengklarifikasi.
"O maaf. Namanya Nenden," jawab Lidya tersipu.

Setelah perkenalan singkat, kami bertiga langsung menuju kamar kos Nenden dan Lidya yang seluruh dindingnya di cat warna pink. Dari balik pintu kamar tersebut tidak terdengar suara apapaun, seperti tidak terjadi apa-apa. Kemudian Gopal membuka pintu kamar Nenden dengan penuh hati-hati. Dibelakang Gopal, Lidya membuntuti, sedangkan aku berada di barisan paling belakang.

Kejadian itu memang tidak banyak yang tahu. Termasuk tetangga-tetangga yang lain, karena kami menanganinya dengan rapi dan tidak mau membuat orang se kampung ikut sibuk.

"Gila bener," batinku. Saat pintu kamar dibuka, aku melihat Nenden dalam keadaan acak-acakan. Rambut ikalnya yang panjang nyaris sampai pinggang itu awut-awutan, percis seperti orang yang baru di strum. Padahal dalam keseharian Nenden dalam penilaianku cewek yang rajin dan pandai menjaga penampilan. Ah, wajar saja kalu hari itu dia dalam keadaan seperti itu, karena sedang dirasuki sesuatu. "Setan memang jelek, orang cantik pun kalau dirasuki setan jadi ikutan jelek," kataku dalam hati.

Aku berlindung dipunggung Lidya, sedangkan Lidya berlindung dipunggung Gopal. Sesekali aku mengintip dari punggung Lidya sorot mata Nenden yang tajam dan beringas seolah ingin menerkam sesuatu. Nenden juga melakukan hal yang sama dari balik punggung Gopal.
Sedangkan Gopal terlihat tenang sekali melangkahkan kakinya kearah dimana nenden sedang terduduk diam. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Gopal. Rahangnya yang aku perhatikan dari belakang terus begerak, sepertinya Gopal sedang membaca sesuatu.

Gopal menjulurkan tangan kanannya kearah wajah Nenden sambil terus berkomat-kamit. Nenden yang sedang dalam pengaruh makhluk halus terlihat tidak senang dengan kehadiran Gopal dihadapannya. Dia terlihat memberontak dan ingin sekali menyerang Gopal dan kami bertiga, namun gerakannya seolah ada yang menahan.

"Pergiiiiiiiii!. Jangan ganggu aku kau manusia!!!," teriak Nenden dengan suara parau dan membentak.

Aku kaget dan menyembunyikan mukaku dipunggung Lidya. Begitu juga Lidya dia cepat-cepat bersembunyi dipunggung Gopal. Sementara Gopal tetap tenang sambil terus bekomat-kamit sambil mendekati Nenden.

"Jangan ganggu aku!!!," Nenden mengulangi pekataannya.
"Siapa kamu," kata Gopal bertanya kepada makhluk yang berada ditubuh Nenden.
"Ayo jawab!!, siapa kamu!! Kenapa kamu ganggu manusia," Gopal mengulangi petanyaannya.

Nenden tidak segera menjawab. Dia justru melakukan gerakan kecil sambil mengeluarkan suara parau dari dasar tenggorokannya.

"Apa urusan kamu!? Jangan pegangi aku. Kubunuh kamu," kata Nenden pelan tapi dengan penuh penekanan.
"Aku tanya, siapa kamu!," Gopal justru tambah membentak.
"Pungkuratung, hahahahaha," sambil terus menggeliat-geliat seolah-olah berusaha melepaskan sesuatu yang memegang kedua tangannya.
"Dari mana asal kamu!?,"
"Kalimantan,"
"Sekarang kamu tinggal pilih. Mau keluar dari tubuh manusia ini sendiri, atau dengan cara aku," ancam Gopal.
"Ampuuuuuun, sakiiiiit, ampuuuun!!,"
"Jawab. Mau keluar sendiri atau dengan caraku!!. Kalu tidak kamu akan kubuat kesakitan terus," uja Gopal.
"Ampuuun, sakiiiit. Baik, aku akan keluar sendiri. Tapi aku punya satu permintaan,".
"Apa,"? Tanya Gopal.
"Beri aku dulu sebatang rokok,".

Setelah sekian lama Gopal bernegosiasi, akhirnya setan ditubuh Nenden menyerah. Entah ilmu apa yang dipakai Gopal, aku cukup kagum melihat sahabatku itu. Tidak hanya aku, Lidya juga memperlihatkan kekagumannya. Bahkan menurut mataku, kekaguman yang diperlihatkan Lidya bukan kagum biasa.

Gopal menuruti permintaan Pungkuratung yang berada ditubuh Nenden. Setelah diberi sebatang rokok, dan minta dinyalakan sekali, kemudian dihisapnya sebanyak sekitar tiga kali. Kemudian nenden yang dalam posisi duduk tiba-tiba lunglai dan tergeletak ditempat tidur.

"Lid, teman kamu Insya Allah udah nggak kenapa-napa lagi. Dia cuma lemas karena kecapean. sebentar lagi juga sadar kok ," kata Gopal.
"Bener nih. Terimakasih ya," Lidya langsung bergegas mengelus-elus teman se kosnya itu sambil merapikan rambut dan pakaian Nenden yang berantakan.

"Gua dengar namanya Pungkuratung Pal. Namanya aja udah serem," tanyaku.
"Iya, wajahnya lebih serem lagi Bo," jawabnya.
"Bo, gue haus ni. Bagi air putih dong," pinta Gopal sambil memegangi tenggorokannya.
"Ini aja, udah aku siapin kok. Tapi cuma sekedar air putih," Lidya buru-buru menyodorkan segelas air putih bening kepada Gopal.
"Wah jadi ngrepotin kamu ni Lid," kali ini Gopal basa-basi.
"Nggak lah, kan cuma air putih aja. Justru aku yang udah ngerepotin kamu," Lidya menyunggingkan senyum.
"Makasih ya," Gopal menenggak habis air putih didalam gelas pemberian Lidya.

"Aku yang beterimakasi," Lidya kembali merasa yang paling berhutang budi.
"Pal temennya Lidya, Nenden udah nggak apa-apa kan. Kira-kira kumat lagi nggak nanti," aku memotong pembicaraan mereka.
"Insya Allah nggak. Dia udah kapok kok," Gopal meyakinkan kami berdua. Aku dan Lidya saling pandang.
"Ntar kalo ada apa-apa hubungi aja gua," Gopal menawakan diri.


Padahal tanpa diminta sekalipun, kalau ada kasus seperti itu, aku selalu menghubunginya. Dan kasus Pungkuratung bukan yang pertamakali dia tangani.

Pembaca yang budiman. Rupanya ada hikmah dibalik kejadian itu. Pertemuan Gopal dan Lidya berkelanjutan. Tawaran Gopal itu bukan tanpa sebab. Dia rupanya meninggalkan benih kasih dari kejadian itu dihati Lidya. Pungkuratung mempertemukan mereka??!

Sepulangnya Gopal dari aksi layaknya seorang 'dukun' dengan mengobati temannya, telah mengundang simpatik tetanggaku itu. Hal itu aku sadari dari sorot mata keduanya tatkala beradu pandang untuk pertama kalinya.

Aku pun jadi ma comblang dadakan. Lidya tak henti-henti bertanya tentang Gopal, Begitu juga sebaliknya. Tak lama kemudian, entah karena aku atau memang keduanya ada kecocokan, akhirnya mereka pacaran. Hubungan mereka aku juluki 'Pungkuatung'. Mereka awalnya keberatan dan ingin protes dengan julukan itu. Tapi itu sudah aku patenkan. Ternyata 'Pungkuratung' juga membawa berkah. Coba tebak, mereka dekat karena aku, karena Pungkuratung atau karena Nenden??!!***

No comments:

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...