Tuesday 21 November 2017

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas masing-masing. Seperti pagi-pagi sebelumnya ketua kelas menyiapkan barisan bersiap-siap memberi penghormatan kepada guru wali kelas kemudian satu per satu masuk ruangan.
 

Murid kelas 6A sudah berbaris dengan rapi. Seperti biasa sebelum masuk ruangan dilakukan penghitungan jumlah siswa. Ternyata yang hadir baru 34 orang dari total 35 orang jumlah seharusnya. Karena tidak ada pemberitahuan melalui surat atau lisan terkait siswa yang tidak masuk,  wali kelas langsung membacakan absen. Dan diketahui murid yang belum hadir  adalah Lai Ba Ju. Wali kelas bertanya kepada ketua kelas dan semua muridnya. Namun semua diam, tak ada yang tau kemana Lai Ba Ju.

“Ini peringatan buat semua ya. Kalian harus meminta izin jika tidak masuk sekolah, begitu juga ketika sakit dan ada halangan lainnya,” kata wali kelas.

“Siap Bu Guru!,” jawab murid-murid lantang dan kompak. Kemudian Wali  kelas memerintahkan muridnya masuk ke dalam kelas diawali dari barisan paling depan.

Belum habis para siswa masuk kedalam ruangan, terlihat dari kejauhan seorang siswa tergopoh-gopoh memasuki pagar sekolah, sedikit berlari menuju arah barisan kelas 6A. Punggungnya menggembol tas ransel, tangan kanannya menggenggam botol air minum dan sebuah kantong plastik hitam, sementara tangan kirinya erat menggenggam sebuah paying hitam. Kaki kurusnya tampak begitu ringan mengayunkan langkah menuju barisan teman-temannya. Dialah Lai Ba Ju. Dia berlari tanpa alas kaki, alias nyeker. Senyumnya begitu renyah kepada teman-temannya yang masih tersisa didepan kelas.   

Dari luar pagar seorang pria mengamati dari atas motornya. Sebatang rokoh menyelip di kedua bibirnya, berulangkali menyemburkan asap . Helem putih yang berubah warna menjadi kecoklatan erat melekat di kepalanya.  Ban motornya belepotan tanah bauksit, spak bor belakangnya patah, kaca sepion hanya  tinggal kerangka tanpa kaca. Pria itu ayahnya Lai Ba Ju.

Seperti matahari, ayahnya setia mengantar Lai Ba Ju ke sekolah. Motornya nyaris tidak pernah tampil bersih. Mengantar anaknya ke sekolah lalu menjemputnya di siang hari.

Dari kejauhan Lai Ba Ju melambaikan tangan ke ayahnya, tanda alasan keterlambatannya diterima oleh wali kelas. Pria di luar melihat saja dari kejauhan tanpa membalas lambaian tangan anaknya. Lalu menstater motornya dan pergi. Suara bising terdengar lantang ketika motornya dinyalakan, asap hitam mengepul dari knalpot. Kerasnya suara motor tak sebanding dengan kecepatannya.

Lai Ba Ju tersenyum kepada walikelas lalu meminta izin untuk memakai sepatu. Wali kelas melihat Lai Ba Ju berdiri bersenyum dihadapannya sambil menenteng plastik hitam, serta kakinya yang tak bersepatu.

“Iya sana cepat pakai sepatumu. Lain kali usahakan datang tepat waktu ya Lai Ba Ju,” ujar wali kelas.

Lai Ba Ju mengangguk dan lagi-lagi tersenyum kepada gurunya lalu bergegas memasang sepatunya. Dengan kulit putih, rambut lurus, mata sipit dan kurus membuat Lai Ba Ju mudah dikenal oleh teman-teman. Ditambah lagi Lai Ba Ju adalah siswa yang baik dan murah senyum. Hari itu Lai Ba Ju terlambat datang ke sekolah karena membantu orangtuanya mendaras karet sejak.  Dan kerja mendaras karet biasanya dilakukan sejak am 03.00 WIB hingga pagi.

Wali kelas menyimak alasan kenapa Lai Ba Ju telat. Lalu dia memandang tajam ke dalam mata pria kecil namun memiliki semangat besar itu. Pandangan bangga akan kegigihan dan keuletannya. Disana mengguratkan semangat seorang anak yang hidup dalam ekonomi yang pas-pasan, namun memiliki semangat dan aura positif yang tak terbantahkan. Bahkan tak tampak kantuk, meski kurang tidur.

Usai memakai sepatunya, Lai Ba Ju kembali menghadap kepada wali kelas untuk masuk ruangan dan mengikuti pelajaran.

“Sebelum masuk, harus kamu ingat ya Lai Ba Ju. Kamu boleh membantu ayahmu. Tapi sekolah ini juga memiliki aturan. Disiplin adalah aturan pertama yang harus ditegakkan,” nasehat Walikelas kepada Lai Ba Ju.  

“Baik bu guru,” jawab Lai Ba Ju sambil kembali menyunggingkn senyum. Senyum tulus yang hanya Lai Ba Ju yang memilikinya.

Sejak itu Lai Ba Ju tidak pernah terlambat ke sekolah. Dia sangat disiplin. Orang tuanya selalu mengantar Lai Ba Ju jauh lebih cepat disbanding murid-murid lainnya. Ayah Lai Ba Ju sangat sabar, tekun dan gigih. Pertanda jika apa yang disampaikan oleh Walikelas soal kedisiplinan menjadi hal utama dalam pendidikan. Tampaknya ayah Lai Ba Ju juga igin anaknya disiplin. Dalam dunia pendidikan, orang tua dan guru memang harus memiliki komitment yang sama dalam membentuk karakter anak. Terutama menyangkut kedisiplinan.

Hari-hari berikutnya, sebelum jam masuk sekolah berbunyi Lai Ba Ju sudah berdiri di depan kelas lengkap dengan sepatu yang sudah terikat rapi. Senyum khasnya selalu menyungging saat beradu pandang dengan siapapun.  Senyum itu hanya Lai Ba Ju yang memiliki. (***)


No comments:

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...