Friday 19 December 2008

Kintil..!?

Kintil adalah istilah bahasa Jawa. Istilah ini biasanya dibahasakan untuk seorang anak kecil yang sering mengkuti orangtuanya kemana saja dia pergi. Tidak mau tinggal dan maunya selalu dekat dengan orang tua alias jadi 'pengekor' orang tua.
Bagi seorang anak kecil yang masih balita, hal mengintil oragtua adalah lumrah dilakukan, karena memang belum bisa mandiri dan masih perlu bimbingan mengenal kehidupan di dunia.
Namun kalo yang selalu mengintil adalah seorang yag sudah dewasa bahkan seorang politisi dari sebuah partai besar, dan dia akan duduk disebuah jabatan penting di Parlemen. Dan karena nama besar orang tuanyalah figur ini selalu ikut kegiatan bapak atau ibunya yang terlebih dahulu menjadi pejabat hebat, dengan tujuan untuk memuluskan langkahnya merebut salah satu kursi parlemen itu, tentu menjadi lain ceritanya. Justru mendapat sorotan tajam dari kalangan masyarakat.

Figur yang seperti ini bisa dikatakan sebagai pendompleng, memanfaatkan posisi orang tua, atau dalam istilah baratnya 'numpang ciek'.

Figur yag seperti ini sama sekali tidak memiliki kepribadian. Bagi saya bahkan tidak layak menjadi pemimpin apalagi yang aka mewakili orang banyak sebuah daerah di Parlemen terhormat. Bagaimana mungkin pemimpin kok masih dipimpin. Lantas kebijakan apa yang akan dia usung untuk yang dia wakili kelak.

Mudah-mudahan hal seperti ini segera disadari, baik oleh si anak maupun orang tua. Agar masyarakat tidak mengartikannya terlalu jauh, berlebihan dan bahkan sampai menilai ada konspirasi keluarga untuk membuat sebuah kerajaan keluarga. Sehingga segala cara dilakukan, tanpa melihat kemampuan, keahlian dan sebagainya untuk mendudukkan sanak saudaraya diberbagai posisi penting.

Friday 12 December 2008

40 Hari Tak Kembali, Kakek Gue Dikira Mati..

Kakek gue seorang pejuang. Gue gak pernah sekalipun bertemu dengannya, apalagi ngelihat wajahnya. Namun gue sering dapat cerita tetang dia dari nyokap. Namanya Karimun, dia adalah tentara pemberani dan punya prinsip 'Kalau berani ya berani sekali, dan jika takut, jangan sok berani'. Meski gak pernah bertemu, namun gue merasa bangga karena masih bisa mendapat cerita tentang dia.
Suatu saat kakek bersama pasukannya berada di sebuah camp tentara yang berada di perbatasan Jawa Timur. Di Camp tersebut mereka merencanakan strategi untuk menyerang pasukan Belanda yang ketika itu sedang merajalela di tanah Jawa. Mereka merencanakan serangan di pagi buta, saat pasukan Belanda sedang tidur lelap dan lengah. Setelah rencana tersusun matang, kakek dan pasukan tidak tidur. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk kemudian bergerak melakukan serangan.
Namun menjelang setengah jam akan melakukan serangan ke markas Belanda, justru pasukan Belanda telah melakukan serangan terlebih dahulu mengguakan pesawat tempur. Kakek dan pasukannya kocar-kacir dibuatnya karena dihujani peluru dan dijatuhi bom dari pesawat. Teman-temannya banyak yang mati hancur berkeping-keping. Camp yang mereka buat menjadi lautan darah seketika.
Beruntung kakek cepat-cepat loncat ke sungai. Entah dengan pertolongan apa, dia bisa bertahan dalam air begitu lama. Dia menyelam hingga jauh sekali. Selama menyelam dia masih bisa melihat kilatan-kilatan bom yang menghunjam ke camp-nya. Kakek kemudian keluar dari dalam air manakala dirasakan sudah jauh dari pusat camp dan aman dari serangan pasukan udara Belanda.
Kakek gue baru sadar, rupanya ada mata-mata Belanda yang menyusup didalam pasukannya dan membocorkan semua strategi yang sudah direncanakan. Nasi sudah menjadi bubur, Kakek kemudian nggak pernah tau apakah masih ada pasukannya yang selamat dari serangan itu. Kalaupun ada, tentu mereka juga mengnggap kakek juga sudah mati berkeping-keping terkena bom Belanda yang dahsyat itu.
Waktu terus berjalan, ditengah kesengsaraannya dalam pelarian. Istrinya, Marsatun, nenek gue, sangat menantikan dia kepulangannya. Lebih sebulan kakek nggak ngasih kabar kepada keluarga setelah tersebarnya serangan pasukan Belanda di camp itu. Nenek pun pasrah, tapi dia terus menanti suaminya kembali, walaupu dalam sudah berbentuk mayat sekalipun. Syukur-sykur masih hidup.
Genap 40 puluh hari kakek tak juga pulang. Nenek dan keluarganya yang lain semakin pasrah. Mereka semua yakin, kakek gue sudah meninggal saat serangan itu. Acara 40 hari kepergian kakek pun digelar. Tetangga saling berdatangan dengan membawa kue 'apem' untuk memberikan doa bagi seseorang yang sudah meninggal dunia. Nenek terus menangis, namun tetap pasrah. Karena memang itulah resiko memiliki seorang suami tentara zaman perang ketika itu.
Acara sederhana namun banyak sekali tetanga yang hadir dan memberikan support kepada nenek dan keluarga ketika itu. Rumah nenek yag sempit sampai tidak bisa menampung tetangga. Akhirnya sebagian duduk di teras rumah.
Tanpa diketahui oleh keluarga dan tetamu yang hadir untuk memperingati 40 hari kepergian kakek. Rupanya tepat saat itu juga kakek gue pulang ke rumah. Dia terlihat kurus karena tidak mendapat asupan makanan yang layak selama dalam pelarian. Pakaiannya compang-camping dan dekil. Kakek melihat ada keramaian di rumahnya, namun masih belum tahu acara apa gerangan. Tidak mau menggangu acara, kakek menunggu di kegelapan sambil higga acara selesai. Namun dia tersentak manakala mendengar namanya dikirimi doa, karena telah meninggal dunia dan memasuki hari yang ke-40.
Mendengar doa itu dikirimkan untuk namanya, kakek seketika langsung keluar dan berdiri didepan pintu dengan wajah kurus, pucat dan pakaian compang-camping. Orang yang hadir dalam acara itu tidak percaya, tidak sedikit yang mengira itu bukan kakek gue Karimun, melainkan makhluk halus yang menjelma menyerupai dia.
Tetamu yang hadir dan asik bersantai sambil meikmati kue apem di teras rumah, seketika lari berhamburan karena ketakutan. Si pembaca do'a menguatkan doanya dengan harapan 'setan' yang mejelma di depan pintu itu segera pergi dan takut mendengar doa-doa di baca. Kakek masih belum bereaksi, dia sendiri tidak percaya jika orang-orang telah menganggapnya mati.
Dipandanginya orang-orang diseisi rumahnya dengan seksama. Dimulai dari istrinya yang menangis sambil membaca doa, begitujuga keluarga dekat lainnya.
"Ini aku, Karimun. Aku masih hidup. Jangan pada takut, ini aku Karimun, Karimun!!," kakek mengulang berkali-kali menyebut namanya. memastikan orang-orang agar percaya bahwa dia masih hidup.
Kakek gue akhirnya bercerita bagaimana dia bisa selamat dari serangan itu. Dan bagaimana dia mempertahankan diri selama dalam pelarian. Semua tamu kemudian percaya dan nenek gue adalah orang yang paling beruntung dan merasa bahagia atas kepulangan suaminya yang pernah dia anggap sudah meninggal itu. I miss U kakek....Semoga segala amalmu dan keberanianmu membela agama dan neara diterima di sisi Allah SWT..Amiin..!! kakek tetap pahlawan bagi gue..

Monday 1 December 2008

Dalam Waktu 24 Jam...

Sobat-sobit ku sekalian, baik yang merasa pendek, tinggi, item, putih, bulat, kotak, lonjong, gemuk, kurus, pinter, penyakitan dan yang begok sekalipun. Mari kita akhiri tahun 2008 ini dengan melakukan instropeksi dengan dimulai dari awal bulan Desember ini.
Saya, kamu, dia dan kita semua setiap hari telah melakukan rutinitas dalam jangka waktu yang sama. Tidak ada yang lebih lama, dan tidak ada yang lebih sebentar, yakni hanya dalam kurun waktu 24 jam. Bagi kalian yang sadar, jangan segan-segan untuk melakukan anggukan tanda benar yang saya katakan.
Terserah bagaimana anda menilai sepanjang 24 jam itu. Apakah tergolong waktu yang singkat atau proporsional. Bagi saya pribadi, waktu itu adalah waktu yang dipaksakan untuk kita semua agar berbuat maksimal, karena kita tidak punya pilihan lain. Intinya, kita sanggup menghadapinya atau tidak. Atau kita akan kocar-kacir kejar-kejaran dengan waktu sepanjang masa. Dan siap ataupun tidak, selama nafas kita masih berhembus wajib menghadapinya. Perputaran waktu tidak pernah lebih cepat dan tidak pernah melambat. Namun rutinitas kita yang semakin padat telah membuatnya menjadi teramat singkat.
Mengatur waktu adalah langkah tepat dari pada diatur waktu. Dan semua orang sukses rata-rata karena berhasil mengatur waktu.
Mereka yang sukses juga tidak pernah diberi waktu yang lebih, tetap hanya 24 jam. Sementara mereka yang gagal juga demikian. Sukses atau tidak, bisa dilihat bagaimana seseorang berhasil mengatur waktu 24 jam itu.
Dalam Waktu 24 jam, ternyata seseorang bisa mengatur Kabupaten, bisa mengatur sebuah Provinsi, bisa mengatrur Negara dan bahkan bisa mengatur dunia. Tapi tidk sedikit juga, orang yang susah mengatur dirinya sendiri dalam 24 jam itu. Jangan mengeluh karena hanya diberi waktu 24 jam, karena mengeluh itu tanda tidak sanggup menghadapinya.
Mari Merenung:
1. Apa yang akan saya lakukan dalam tempo 24 jam besok, besok dan besok?
2. Program terbesar apa yang akan saya fokuskan dalam 24 jam besok?
3. Bagaimana saya mengatur waktu 24 jam itu?
4. Mengapa waktu 24 jam saya selama ini tersia-siakan?
5. Baik atau burukkah saya melakukan 'ini' atau 'itu' di 24 jam besok?
6. Mengtapa saya selalu diatur oleh waktu 24 jam itu?..
7. Terpaksa atau wajarkan saya harus meghadapi 24 jam itu?....

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...