Friday 19 December 2008

Kintil..!?

Kintil adalah istilah bahasa Jawa. Istilah ini biasanya dibahasakan untuk seorang anak kecil yang sering mengkuti orangtuanya kemana saja dia pergi. Tidak mau tinggal dan maunya selalu dekat dengan orang tua alias jadi 'pengekor' orang tua.
Bagi seorang anak kecil yang masih balita, hal mengintil oragtua adalah lumrah dilakukan, karena memang belum bisa mandiri dan masih perlu bimbingan mengenal kehidupan di dunia.
Namun kalo yang selalu mengintil adalah seorang yag sudah dewasa bahkan seorang politisi dari sebuah partai besar, dan dia akan duduk disebuah jabatan penting di Parlemen. Dan karena nama besar orang tuanyalah figur ini selalu ikut kegiatan bapak atau ibunya yang terlebih dahulu menjadi pejabat hebat, dengan tujuan untuk memuluskan langkahnya merebut salah satu kursi parlemen itu, tentu menjadi lain ceritanya. Justru mendapat sorotan tajam dari kalangan masyarakat.

Figur yang seperti ini bisa dikatakan sebagai pendompleng, memanfaatkan posisi orang tua, atau dalam istilah baratnya 'numpang ciek'.

Figur yag seperti ini sama sekali tidak memiliki kepribadian. Bagi saya bahkan tidak layak menjadi pemimpin apalagi yang aka mewakili orang banyak sebuah daerah di Parlemen terhormat. Bagaimana mungkin pemimpin kok masih dipimpin. Lantas kebijakan apa yang akan dia usung untuk yang dia wakili kelak.

Mudah-mudahan hal seperti ini segera disadari, baik oleh si anak maupun orang tua. Agar masyarakat tidak mengartikannya terlalu jauh, berlebihan dan bahkan sampai menilai ada konspirasi keluarga untuk membuat sebuah kerajaan keluarga. Sehingga segala cara dilakukan, tanpa melihat kemampuan, keahlian dan sebagainya untuk mendudukkan sanak saudaraya diberbagai posisi penting.

Friday 12 December 2008

40 Hari Tak Kembali, Kakek Gue Dikira Mati..

Kakek gue seorang pejuang. Gue gak pernah sekalipun bertemu dengannya, apalagi ngelihat wajahnya. Namun gue sering dapat cerita tetang dia dari nyokap. Namanya Karimun, dia adalah tentara pemberani dan punya prinsip 'Kalau berani ya berani sekali, dan jika takut, jangan sok berani'. Meski gak pernah bertemu, namun gue merasa bangga karena masih bisa mendapat cerita tentang dia.
Suatu saat kakek bersama pasukannya berada di sebuah camp tentara yang berada di perbatasan Jawa Timur. Di Camp tersebut mereka merencanakan strategi untuk menyerang pasukan Belanda yang ketika itu sedang merajalela di tanah Jawa. Mereka merencanakan serangan di pagi buta, saat pasukan Belanda sedang tidur lelap dan lengah. Setelah rencana tersusun matang, kakek dan pasukan tidak tidur. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk kemudian bergerak melakukan serangan.
Namun menjelang setengah jam akan melakukan serangan ke markas Belanda, justru pasukan Belanda telah melakukan serangan terlebih dahulu mengguakan pesawat tempur. Kakek dan pasukannya kocar-kacir dibuatnya karena dihujani peluru dan dijatuhi bom dari pesawat. Teman-temannya banyak yang mati hancur berkeping-keping. Camp yang mereka buat menjadi lautan darah seketika.
Beruntung kakek cepat-cepat loncat ke sungai. Entah dengan pertolongan apa, dia bisa bertahan dalam air begitu lama. Dia menyelam hingga jauh sekali. Selama menyelam dia masih bisa melihat kilatan-kilatan bom yang menghunjam ke camp-nya. Kakek kemudian keluar dari dalam air manakala dirasakan sudah jauh dari pusat camp dan aman dari serangan pasukan udara Belanda.
Kakek gue baru sadar, rupanya ada mata-mata Belanda yang menyusup didalam pasukannya dan membocorkan semua strategi yang sudah direncanakan. Nasi sudah menjadi bubur, Kakek kemudian nggak pernah tau apakah masih ada pasukannya yang selamat dari serangan itu. Kalaupun ada, tentu mereka juga mengnggap kakek juga sudah mati berkeping-keping terkena bom Belanda yang dahsyat itu.
Waktu terus berjalan, ditengah kesengsaraannya dalam pelarian. Istrinya, Marsatun, nenek gue, sangat menantikan dia kepulangannya. Lebih sebulan kakek nggak ngasih kabar kepada keluarga setelah tersebarnya serangan pasukan Belanda di camp itu. Nenek pun pasrah, tapi dia terus menanti suaminya kembali, walaupu dalam sudah berbentuk mayat sekalipun. Syukur-sykur masih hidup.
Genap 40 puluh hari kakek tak juga pulang. Nenek dan keluarganya yang lain semakin pasrah. Mereka semua yakin, kakek gue sudah meninggal saat serangan itu. Acara 40 hari kepergian kakek pun digelar. Tetangga saling berdatangan dengan membawa kue 'apem' untuk memberikan doa bagi seseorang yang sudah meninggal dunia. Nenek terus menangis, namun tetap pasrah. Karena memang itulah resiko memiliki seorang suami tentara zaman perang ketika itu.
Acara sederhana namun banyak sekali tetanga yang hadir dan memberikan support kepada nenek dan keluarga ketika itu. Rumah nenek yag sempit sampai tidak bisa menampung tetangga. Akhirnya sebagian duduk di teras rumah.
Tanpa diketahui oleh keluarga dan tetamu yang hadir untuk memperingati 40 hari kepergian kakek. Rupanya tepat saat itu juga kakek gue pulang ke rumah. Dia terlihat kurus karena tidak mendapat asupan makanan yang layak selama dalam pelarian. Pakaiannya compang-camping dan dekil. Kakek melihat ada keramaian di rumahnya, namun masih belum tahu acara apa gerangan. Tidak mau menggangu acara, kakek menunggu di kegelapan sambil higga acara selesai. Namun dia tersentak manakala mendengar namanya dikirimi doa, karena telah meninggal dunia dan memasuki hari yang ke-40.
Mendengar doa itu dikirimkan untuk namanya, kakek seketika langsung keluar dan berdiri didepan pintu dengan wajah kurus, pucat dan pakaian compang-camping. Orang yang hadir dalam acara itu tidak percaya, tidak sedikit yang mengira itu bukan kakek gue Karimun, melainkan makhluk halus yang menjelma menyerupai dia.
Tetamu yang hadir dan asik bersantai sambil meikmati kue apem di teras rumah, seketika lari berhamburan karena ketakutan. Si pembaca do'a menguatkan doanya dengan harapan 'setan' yang mejelma di depan pintu itu segera pergi dan takut mendengar doa-doa di baca. Kakek masih belum bereaksi, dia sendiri tidak percaya jika orang-orang telah menganggapnya mati.
Dipandanginya orang-orang diseisi rumahnya dengan seksama. Dimulai dari istrinya yang menangis sambil membaca doa, begitujuga keluarga dekat lainnya.
"Ini aku, Karimun. Aku masih hidup. Jangan pada takut, ini aku Karimun, Karimun!!," kakek mengulang berkali-kali menyebut namanya. memastikan orang-orang agar percaya bahwa dia masih hidup.
Kakek gue akhirnya bercerita bagaimana dia bisa selamat dari serangan itu. Dan bagaimana dia mempertahankan diri selama dalam pelarian. Semua tamu kemudian percaya dan nenek gue adalah orang yang paling beruntung dan merasa bahagia atas kepulangan suaminya yang pernah dia anggap sudah meninggal itu. I miss U kakek....Semoga segala amalmu dan keberanianmu membela agama dan neara diterima di sisi Allah SWT..Amiin..!! kakek tetap pahlawan bagi gue..

Monday 1 December 2008

Dalam Waktu 24 Jam...

Sobat-sobit ku sekalian, baik yang merasa pendek, tinggi, item, putih, bulat, kotak, lonjong, gemuk, kurus, pinter, penyakitan dan yang begok sekalipun. Mari kita akhiri tahun 2008 ini dengan melakukan instropeksi dengan dimulai dari awal bulan Desember ini.
Saya, kamu, dia dan kita semua setiap hari telah melakukan rutinitas dalam jangka waktu yang sama. Tidak ada yang lebih lama, dan tidak ada yang lebih sebentar, yakni hanya dalam kurun waktu 24 jam. Bagi kalian yang sadar, jangan segan-segan untuk melakukan anggukan tanda benar yang saya katakan.
Terserah bagaimana anda menilai sepanjang 24 jam itu. Apakah tergolong waktu yang singkat atau proporsional. Bagi saya pribadi, waktu itu adalah waktu yang dipaksakan untuk kita semua agar berbuat maksimal, karena kita tidak punya pilihan lain. Intinya, kita sanggup menghadapinya atau tidak. Atau kita akan kocar-kacir kejar-kejaran dengan waktu sepanjang masa. Dan siap ataupun tidak, selama nafas kita masih berhembus wajib menghadapinya. Perputaran waktu tidak pernah lebih cepat dan tidak pernah melambat. Namun rutinitas kita yang semakin padat telah membuatnya menjadi teramat singkat.
Mengatur waktu adalah langkah tepat dari pada diatur waktu. Dan semua orang sukses rata-rata karena berhasil mengatur waktu.
Mereka yang sukses juga tidak pernah diberi waktu yang lebih, tetap hanya 24 jam. Sementara mereka yang gagal juga demikian. Sukses atau tidak, bisa dilihat bagaimana seseorang berhasil mengatur waktu 24 jam itu.
Dalam Waktu 24 jam, ternyata seseorang bisa mengatur Kabupaten, bisa mengatur sebuah Provinsi, bisa mengatrur Negara dan bahkan bisa mengatur dunia. Tapi tidk sedikit juga, orang yang susah mengatur dirinya sendiri dalam 24 jam itu. Jangan mengeluh karena hanya diberi waktu 24 jam, karena mengeluh itu tanda tidak sanggup menghadapinya.
Mari Merenung:
1. Apa yang akan saya lakukan dalam tempo 24 jam besok, besok dan besok?
2. Program terbesar apa yang akan saya fokuskan dalam 24 jam besok?
3. Bagaimana saya mengatur waktu 24 jam itu?
4. Mengapa waktu 24 jam saya selama ini tersia-siakan?
5. Baik atau burukkah saya melakukan 'ini' atau 'itu' di 24 jam besok?
6. Mengtapa saya selalu diatur oleh waktu 24 jam itu?..
7. Terpaksa atau wajarkan saya harus meghadapi 24 jam itu?....

Friday 28 November 2008

Aku Cinta Tanjungpinang

Assalamualaikum teman-teman semua. Ada gagasan yang harus saya goreskan di dalam blog pribadi saya pada kesempatan kali ini, sebelum dianya tumpah dari kepala saya karena sebetar lagi luber dipenuhi dengan gagasan-gaagsan yang lain.

Aku Cinta Tanjungpinang', nilah judul esay kali ini , dan Saya rasa memang dimikian adanya. Saya sudah sejak 1985 di Kota yang 'penuh misteri' ini. Waktu itu saya hijrah dari tanah kelahiran saya di Lampung, dan saya baru menginjak usia 6 tahun saat itu. Saya katakan misteri karena kota ini memang membingungkan sekaligus memberi kesan tersendiri bagi saya.

Kemajemukan suku bangsa bercampur baur didalam kota kecil yang dijuluki Kota Gurindam, Negeri Pantun ini. Melayu, Jawa, Bugis, Batak, Padang, Flores, Chines, Ambon, Aceh dan sebagainya semuaya tunduk dan melebur dalam payung Budaya Melayu yang Religius, damai, mengayomi. Kala itu Tanjungpinang masih menjadi Kota admiistratifya Kabupaten Kepulaua Riau.

Sungguh memabukkan tinggal di kota ini. Bukan tempat transaksi mariyuwana sehingga saya katakan kota yang indah ini memabukkan. Bukan pula tempat memproduksi anggur terbesar di dunia, atau pusat kebun ganja dan pabrik ekstasi, bukan. Tapi Kota ini begitu memabukkan dengan nilai-nilia eksotismenya yang cukup dinamis, romantis da religius.

Ops! nanti dulu. Teman-teman jangan salah tafsir atas tulisan ini . Saya tidak berniat utuk memuji siapapun yang pernah memimpin atu siapapun yang sedang memimpin negeri ini. Demi Tanjungpinang yang saya cintai, tulisan ini tidak untuk memuji seseorang , atau siapapun yang sedang menampuk kekuasaan atas kota yang sarat dengan nilai-nilai sejarah ini. Serta tidak juga untuk mendeskriditkan seseorang. Dari lubuk hati yang terdalam 'Saya Cinta Tanjungpinang' karena kota ini yang telah mengasah otak saya menuju kedewasaan.

Tanjungpinang adalah milik semua orang yang ada didalamnya. Tidak ada yang merasa paling berhak untuk memilikinya, dan tidak ada pula yang merasa paling berkuasa atasnya. Semua memiliki hak yang sama atas Tanjungpinang, semua memiliki kesempatan sama untuk hidup layak di Kota Tajungpinang. Semua memiliki hak untuk mencintainya dan memusuhi siapapun yang ingin mengobr-akabrik kedamaian yang bersemayam didalamnya.


'Aku Cintau Kau'

Tanjungpinang..
Hingga senja sebegini usiamu..
Masih saja 'tak ade' jawaban tujuan dari bibirmu..
Kian waktu persoalan rumit semaki menghimpit..
Masih juga kau jawab 'tak payah'..
Kerusuhan terjadi dimana-mana..
kau pun hanya menjawab 'biar aje lah'..

Tanjungpinang
Ketika aku Bilang 'Aku Cinta Kau'..
Saat itulah kau baru tersenyum dan sedikit melirik dari tundukmu..
Kemudian kau pun berbalik dan berlari..
Setengah berteriak kuulangi ucapanku "Aku Cinta Kau'..
Kemudian kau berhenti namun masih membelakangi..
Terakhir kuucapkan lagi dengan lirih dari dasar hati 'Aku Cinta Kau'..
Kemudian cairan bening mengalir di pipimu,
Turun ikut kontur pori-porimu yang meregang..

Tanjungpinang..
Kenapa takut kau mebalas Cintaku..bisikku
Melayuku memang tak fasih, tapi niatku tulus untukmu...
Tak 'Said' diawal namaku, tak 'syarifah' dan tak pula 'Wan'..
Namun aku tetap inginkan kau jadi tujuanku..
Jika kau tidak menerimaku, dimana akan kulabuhkan hatiku..
Aku sungguh Cinta Kau Tanjuungpinang...
Sungguh..!

Tuesday 25 November 2008

Pengemis Jalanan

Diacuhkannya emosi sang Surya,
yang menampar dan mencambuk dengan bengis..
Dielusnya semangat dengan butiran-butiran keringat,
sambil membisikkan harapan kepada diri sendiri..
Disapanya dengan tulus jabatan aspal yang membara,
yang setia membakar asa di kaki telanjangnya..

Adalah tontonan terindah melihat belatung-belatung menari erotis..
Lalat-lalat besenandung dengan komposisi tidak lagi Do, Re ataupun Mi..
Tidak dinikmati dari bar ke bar atau cafe ke cafe..
Tapi dari tempat pembuangan sampah yang satu ke yang lain..


Sekarung harapan menggembol dipunggung Pengemis Jalanan...
Dikumpulkannya sisa-sisa masa depan orang lain untuk keluarga..
Untuk sekolah anak, untuk asap dapur agar tetap mengepul
dan untuk menyogok kehidupan..

Dekil, kusam, lusuh, kumuh dan bau tubunyah..
Sunggingan senyum tetap terlontar walau tidak ada yang membalas..
'Setidaknya aku senyum untuk dunia ini' ujarnya..

Friday 21 November 2008

Menjemput Cucu.......

Pak Tua tampak memaksa motor butunya dipacu sampai keluar asap hitam. Dia mengejar waktu yang tidak bisa diajak komfromi. Suara mesin motor china (mochin) keluaran tahun 2000 warna merah yang dia kendarai meraung-raung minta ampun. Suaranya terdengar lebih kencang dibanding kecepatannya yang tidak lebih 40 kilometer per jam, meski sudah di gas sampai pol alias mentok.

Rambut dan jambang putih yang tidak terawat menjadikan performennya tampak abstak hari itu. Ditambah lagi body motornya yang dipenuhi lumpur karena sudah lama tidak dicuci. Velgnya karatan dan kaca sepionnya hanya tinggal kerangka.

Orang-orang memanggilnya Pak Tua, dan entah siapa nama sebenarnya. Tak satupun oang yang tau, termasuk anaknya sendiri. Suara mesin motornya terus meraung-raung dan asap hitam mengepul hebat seperti ceobong asap pabrik batu bata. Namun Pak Tua tidak mempedulikannya.

Cilaka!! Mesin Motor Pak Tua tiba-tiba mati tanpa diketahui penyebabnya. Dengan tergopoh-gopoh Pak Tua segera menepikan rongsokan yang dikendarainya itu. Dipandanginya sekejap busi dan beberapa panel kabel disekitar mesin, termasuk kaburatornya. Namun dia menganggap tidak ada masalah dengan perkakas disekita sana. Langkah berikutnya Pak Tua membuka tanky tempat bensin. Dan tenyata benar dugaannya, bensin di tanki itu sudah tidak ada sama sekali. Kering kerontang seperti sisa-sisa lumpur yang menempel di velg kedua roda motornya.

Pak Tua sadar, dia telah mendapat musibah diwaktu yang tidak tepat dan ditempat yang kurang menguntungkan pula. Posisinya jauh dari keramaian. Tidak ada satupun penjual bensin eceran yang terihat disekitar itu. Sementara dia harus segera menjemput cucunya yang duduk disekolah TK Harapan yang jaraknya masih harus dia tempuh sekitar 4 kilometer lagi. Dan satu-satunya solusi, Pak Tua harus mendorong rongsokannya, sambil berharap bertemu penjual bensin eceran dalam perjalanan.

Diliriknya sebuah arloji lawas ditangan kirinnya. Waktu menunjukkan pukul 10.20 WIB, matahai sudah mulai menyengat. Cucunya keluar kelas pukul 10.30 WIB. Masih ada 10 menit untuk sampai tujuan, pikir Pak Tua. Namun, tidak mungkin terkejar jika ditempuh dengan jalan kaki. Tidak ada pilihan, pak tua pun pasrah dan tetap mendorong motonya sambil sesekali menyeka keringat yang meleleh dikeningnya.

"Tiiiiiin..tiiiiiiiiin..," tiba tiba pak tua dikagetkan dengan suara klakson mobil. Segera Pak Tua menoleh kebelakang. Dilihatnya sebuah mobil escudo putih menepi dan mendekatinya. Namun Pak Tua belum kenal, siapa orang yang bersembunyi dibalik kaca ribend mobil mulus itu. Pak Tua baru menyunggingkan senyumnya tatkala kaca pintu mobil diturunkan.

"Kenapa motornya pak," kata orang didalam mobil yang tak lain adalah Bono. Keduanya penah saling bertetangga, sebelum Pak Tua diusir dari kontrakan lamanya karena telat bayar.
"Ini mas Bono. Motor saya habis bensin. Mau beli, tapi disekitar sini nggak ada yang jual," ujar Pak Tua.
"Jadi bapak mau dorong motor ini,"
"Abis mau bagaimanalagi pak,"
"Tunggu sebentar pak," Bono lalu keluar dari mobilnya dan berlari menuju rumah terdekat yang dia lihat. Dalam waktu sekejab, Bono sudah kembali lagi dengan membawa seutas selang pulih kecil dan panjangnya sekita 1,5 meter.
"Saya sedotkan bensin dari mobil saya dulu ya pak. Yang penting bapak nggak mendoong," kata Bono.
"Wah terimakasih sekali kalo gitu mas. Untung ada mas Bono," kata Pak Tua.

Sambil menungu proses bensin di sedot, keduanya saling hanyut dalam obrolan. Mereka kemudian saling mengerti maksud dan tujuan masing-maing saat itu. Dan proses pengisian BBM pun selesai.

"Terimakasih ya mas Bono. Semoga proyeknya lancar," kata Pat Tua.
"Teimakasih juga pak. Semoga tidak telat sampai disekolahan," keduanya saling berbagi tawa.

Pak Tua kembali menggeber mochin-nya untuk mengejar waktu yang semakin mepet. Asap hitam kembali mengepul dari knalpot motonya. Sedangkan Bono lebih dulu pergi meninggalkan mantan tetangganya itu.

"Teng..teng..teng," jam pelajaran sekolah selesai. Anak-anak TK satu persatu keluar dari ruangannya. Pak Tua sudah menungu di gerbang sekolah, tempat dimana cucu kesayangannya mulai menimba ilmu. Dia senang kaena bisa tiba lebih awal sebelum jam pelajaran sekolah usai.

"Kakeeek," teriak cucunya yang sudah hafal dimana kakeknya akan berdiri saat menjemputnya. Pak Tua menyambut dengan senyum dan kemudian menggendongnya.

Tuesday 18 November 2008

Idealisme yang Tergadai

Sebut saja namanya Aksala. Dia adalah mantan aktifis mahasiswa. Bahkan dia ikut langsung dalam aksi unjuk rasa di istana negara untuk menggulingkan rezim Orde Baru dibawah kekuasaan Muhammad Soeharto.

Pemuda ini cukup idealis, vokal dan pantang menerima iming-iming apapun dari siapapun demi satu tekadnya bersama rekan-rekan kala itu. Tujuannya hanya satu, kekuasaan Soeharto harus dilengeserkan dengan cara apapun juga. Karena, selama presiden ke-2 RI itu masih berkuasa, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) terus merajalela dibumi pertiwi ini. Yang kaya semakin kaya dan yang susah bertambah sengsara.

Dengan semangat yang pantang menyerah, serta kekuatan penuh seluruh unsur mahasiswa dari berbagai universitas diseluruh Indonesia, cita-cita menggulingkan Soeharto pun tercapai.

Dan waktupun terus bergulir. Dengan sistem pemerintahan yang baru, berangsur-angsur rezim Orde Baru tersingkirkan. Dan nama Soeharto terus digembar-gemborkan sebagai pemimpin negara Indonesia terkorup dalam sejarah Indonesia. Tindakan KKN terus diselidiki, agar jangan sampai terjadi lagi.

Sudah lebih 10 tahun peringatan lengesernya Soeharto. Bahkan, pria yang penah berkuasa selama sekitar 32 tahun itu kini telah pergi untuk selamanya. Dan prestasinya yang kurang baik terus diingat-ingat oleh rakyat Indonesia.

Suatu pagi, Aksala menghadap kepada seorang pejabat pemerintah. Sebut saja namanya pak Pangke. Dia adalah penanggung jawab kegiatan penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) di salah satu Pemda di Negeri ini.

"Selamat pagi pak," sapa Aksala saat pertama menghadap.
"Pagi. Silakan masuk," kata pak Pangke.
"Nama saya Aksala pak. Bapak, pak Pangke kan?,"
"Iya. Betul. Ada yang bisa saya bantu?,"

Perkenalan singkat keduanya bejalan lancar. Sifat Aksala yang senang bercerita itu membuat obrolan keduanya mudah akrab. Aksala menceritakan semua masa lalunya, teutama ketika ia masih menjadi mahasiswa. Bagaimana pemuda itu dengan gigihnya besama-sama rekannya telah memberantas KKN yang merajalela dimasa Orde Baru.

Seteah sepuluh tahun, Aksala tidak lagi mahasiswa. Statusnya berubah menjadi sarjana penganguran. Sementara dia sudah beristri serta memiliki dua anak yang masih kecil yang harus dia tanggung.

"Luar biasa masa lalu anda anak muda. Saya pribadi sangat tidak setuju dengan KKN. Toh memang ilarang oleh negara," kata pak Pangke usai mendengar cerita Aksala. Aksala hanya terdiam, sambil mengangguk-angukkan kepala.

"Ngomong-ngomong ada keperluan apa hari ini kok anda berminat menemui saya," kata pak Pangke sambil menepuk pundak Aksala.
Aksala masih terdiam sambil cengar-cengir. Sepertinya dia ingin mengucapkan sebuah perkataan, namun selalu tertahan.

"Ayo. Katakan saja. Jangan sungkan-sungkan. Dari cerita anda tadi, anda adalah tipe oang yang berani. Kenapa hari ini harus takut?" kata pak Pangke lagi.

"Begini pak. Saya ini seoang sarjana ekonomi yang masih nganggur. Sementara saya memiliki istri dan dua anak yang harus saya tanggung kehidupannya. Bisa tidak pak saya dibantu untuk diluluskan di penerimaan CPNS tahun ini?," kata Aksala sambil cengar-cengir.

Giliran pak Pangke yang terdiam kali ini. Terang saja, karena pria yang berada didepannya, baru saja dengan bangganya berceita panjang lebar betapa bencinya dia terhadap tindakan KKN. Dan tiba-tiba pula dia justru memohon agar diluluskan menjadi CPNS tahun ini.

"Apa saya tidak salah dengar?," kata pak Pangke.
"Kenapa pak?,"
"Bukankan anda sangat membenci KKN?,"
"Memang apa hubungannya KKN dengan permintaan tolong saya ini pak?,"
"Ya jelas berhubungan sekali. Secara tidak langsung anda telah menyuruh saya untuk KKN," kata pak Pangke dengan nada meninggi.
"Saya kan hanya minta tolong pak. Ada anak dan isti saya yang harus saya tanggung kehidupannya," kata Aksala.
"Sudah!. Lebih baik anda keluar dari ruangan saya sekarang. Anda telah menghina saya kalau begitu. Dengan saya meluluskan anda, berati saya telah mengurangi satu jatah pelamar lainnya. Saya tidak berani menanggung resiko di akhirat nanti," ucap pak Pangke sambil menunjuk kearah pintu meminta Aksala segera keluar ruangan.

Aksala tidak meneruskan ucapannya. Dia hanya terdiam mendengar nada bicara pak Pangke yang berubah rastis. Pribadinya yang dikenal vokal, idealis dan pantang menerima iming-iming disaat kuliah dulu, seketika itu tenggelam di palung 'rasa malu' yang sangat dalam. Baru saja Aksala beniat menggadikan sifat idealismenya yang selama ini diagung-agungkannya dan menjadikan dia dihormati, disegani dan disanjung dikalangan rekan-rekannya dan aktivis seangkatannya****

Thursday 13 November 2008

A Last Laying...(Pembaringan Terakhir)...

Dinginnya gelap malam.....
Berselimut kabut kelam....
Awanpun murung enggan tersenyum..
Angin bertiup kencang...
Menghembus arwah-arwah..
Gagak-gagak senandungkan lagu kematian...
Ratapan mata pudar..
Nafas diujung batas kehidupan...

Teringat dosa-dosa yang tak akan mungkin termaafkan..
Akupun pasrah, relakan segalanya...
Dan bila Malaikat turun..
Dari langit datang menjemputku...

Kan kupersembahkan diriku dalam kedamaian..
Dan bila tubuhku terbujur diatas pembaningan terakhir..
Ku ingin bidadari hadir tersenyum menyambutku...

Friday 7 November 2008

'The True Hero' Tidak 'Narsis'

Pembaca sekalian yang cukup cerdas. Sudah tahu bukan? Tanggal 10 November merupakan hari Pahlawan Nasional. Apa ada yang lupa? Mudah-mudahan tidak ya. Atau barangkali ada yang sengaja melupakannya? Uh..Keterlaluan sekali jika ada. Bukankan ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang selalu mengenang jasa Para Pahlawannya?.. Terimakasih anda telah melakukan sebuah 'anggukan universal' tanda setuju dengan pernyataan penulis.
Penulis hanya ingin sedikit mengulas tentang pahlawan sejati atau 'the true hero' dihari yang besejarah itu. Sekaligus mengajak segenap pembaca agar bersedia mengomentarinya. Atau bisa juga memberikan saran, kritikan atau masukan. Tentunya saran dan kritikan itu untuk orang-
orang yang beragsur lupa dan melupakan para pahlawannya dan cenderung memproklamirkan dii sebagai pahlawan. Durhaka!!.


Disadari ataupun tidak, beberapa tahun ini nama-nama 'the true hero' seperti sosok Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Jenderal Soedirman, Cik Di Tiro, Pangeran Hasanuddin, Raja Ali Haji dan sederet nama Pahlawan Nasional lainnya berangsur tenggelam. Mereka karam diterjang gelombang globalisasi yang mengobrak-abrik mental, moral dan rasa peduli anak
bangsa terhadap bangsanya sendiri. Tragis !!.


Kini nama Van Dame, Jet lee, Bruce Lee, Jacky Chane, Inul, Dewi Persik dan lainnya justru lebih tenar dan lebih dikenal dikalangan anak-anak. Tidak hanya itu, bahkan tidak sedikit siswa SD yang tidak tahu nama orang tuanya sendiri. Sementara hampir seluruh nama bintang
sinetron dihafalnya. Lucu bukan??


Seiring perjalanan waktu yang diiringi dahsyatnya riak gelombang kehidupan, serta semakin pesatnya perkembangan teknologi. Hal diatas tidak lagi menjadi persoalan tunggal yang harus dientaskan. Belakangan justru muncul masalah baru. Yang mana bak cendawan di musim hujan pahlawan-pahlawan narsis seketika bermunculan. Mereka berteriak atas nama bangsa dan negara untuk mendulang pundi-pundi emas guna mengisi kantong pribadi dan membesarkan namannya. Yang seperti ini, penulis cenderung menilai sebagai perampok yang memanfaatkan kesempatan ditengah kesemrawutan.

The true hero tidak pernah mengaku pahlawan. Bekerja tanpa pamrih, berbagi tanpa berharap imbalan, membagikan sembako bukan karena minta dipilih serta tidak perhitungan dalam berjuang. Yang jelas, Pahlawan sejati tidak Narsis.

Pahlawan sejati dihormati bukan karena lebih tua. Pahlawan sejati disegani bukan karena kepahlawanannya. Pahlawan sejati disanjung bukan karena harta. Tapi, karena jasanya untuk masyarakat secara menyeluruh. Bukan kelompok, bukan golongan dan bukan pula karena harta dan jabatan. Pahlawan sejati berani menentang kebatilan, bukan mendukung kemungkaran. Pahlawan sejati rela berkorban darah dan nyawa.

Sementara, pahlawan narsis cenderung senang mengampu dan lebih senang jika disanjung. Pahlawan Narsis lebih suka mencari aman dengan membiarkan kemungkaran dan kebatilan terjadi disekitarnya. Pada dasarnya pahlawan narsis tidak peduli dengan rakyat, tapi selalu minta dipedulikan oleh rakyatnya.

Mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini bisa menyadarkan kita semua yang lupa jika sedang diperdaya?? Makanya mulai sekarang kenalilah para pahlawan-pahlawan itu.Jangan lupakan Pahlawan Sejati. Tingalkan Pahlawan Narsis. Percaya pada diri sendiri bahwa pahlawan narsis tidak lebih baik dari kita semua...

Tuesday 4 November 2008

Dia?????!!!!!!!

Dia hadir dititik nadir terendah
Dan seketika merubah segalanya
Tak ada lagi gulita,
tak ada lagi kehampaan,
tak ada lagi gundah gulana,
tak ada lagi isak tangis,
tak ada angkara murka,
tak ada lagi hasud dan hasad,
tak ada lagi iri dan dengki,
tak ada lagi ratapan,
tak ada lagi.....
tak ada lagi.....

Jarak telah dia rubah menjadi perekat
Bisikan mampu dia jelmakan layaknya belaian...
Serpihan salju bak bulu domba yang menghangatkan
Sambaran halilintar bak paduan okestra yang merdu...

Semua bertanya-tanya akan dirinya?..
Namun jawaban tak kunjung hadir...
Hanya bisikan halus selalu mengelus-elus gendang telinga..
Sangat lirih lalu berkata:
Aku adalah salju ditengah gurun..
Aku adalah mata air di puncak bebatuan cadas..
Aku adalah pelepas dahagamu..
Aku adalah pemuas nafsumu..
Aku adalah mimpi indahmu...
Aku adalah cahaya yang senantiasa siap menerangimu...
Aku adalah penunjuk arah saat kau tersesat...
Aku adalah teman di kesendirianmu...
Aku adalah sayap-sayap yang akan membawamu terbang
tinggi ke puncah harapan....

Wednesday 29 October 2008

Otak-Atik Kata...

Gua cuma mencatat asal-asalan aja, maka bacalah dengan asal-asalan..
Serius!! Ini cuma asal-asalan catatan gua aja kok...
Asal aku catat, jadinya asal-asalan, karena catatanku asal-asalan..
Asal aku asal-asalan, jadilah catatan yang asal-asalan..
Biar asal-asalan yang penting catatan..
Daripada asal mencatat..bagus asal-asalan aja..
Asal-asalan mencatat, jadinya juga asal-asalan..
Namanya juga asal-asalan, ya gini deh..
Asal sebuah cacatan dari asal-asalan..
jadi asal-asalan juga ada artinya...
Asal jangan asal mengartikan...
Asal-asalan juga kerja lo, tapi jangan kerja asal-asalan...
Waahaaahhhhh,,!!
Mulut gua jadi asal ngomong ni...
Mana Omongan gua asal-asalan lagi..!!
Gua tambah asal-asalan sekarang...
Ingat ya!! Biarpun gua asal-asalan..
Tapi jangan ngomong asal-asala sama gua...

Ntar lo bisa gua buat asal-asalan...
Asal-asalan..asal-asalan.....!!!

Abang Tidak Memilih Mama Maupun Papa...

Paman! abang jadi bingung. Usia abang sekarang 8 tahun dan baru duduk di kelas 3 SD. Kenapa abang sudah harus menghadapi masalah seperti ini ya. Papa sama mama sedang cekcok dan berencana untuk pisah. Mama sudah menggugat minta cerai di pengadilan, dan papa juga sepertinya akan menyetujui permintaan mama. Bagaimana masa depan abang dan kakak nanti ya paman!.

Abang dan Kakak sekarang diperebutkan oleh mereka berdua. Keduanya merasa paling berhak atas abang dan kakak yang sekarang duduk dikelas 4 SD di sekolah yang sama dengan Abang. Bahkan mereka sama-sama merasa paling becus mengurus kami. Padahal, nyatanya mereka berdua justru telah membuat kami bingung dan membuat kami terlantar secara lahir dan batin.

Sekarang papa dan mama sudah pisah rumah. Setengah memaksa, papa mengajak abang untuk ikut bersamanya. Kakak juga demikian, mau tidak mau harus ikut mama. Abang dan kakak sekarang dipisahkan oleh ego mereka berdua.

Abang dan kakak hanya bisa bertemu ketika di sekolahan, karena kami sama-sama masuk siang. Tanpa sepengetahuan mama dan papa, kami saling melepas kangen disekolah sambil menyesali pertengkaran mereka berdua. Abang ingin mama dan papa tetap akur, sayang sama kakak, sayang sama abang dan kami hidup dalam keluarga yang bahagia, sakinah, mawaddah dan penuh rahmat dari Allah SWT.

Tolong sampaikan kepada papa dan mama yang paman! Abang dan kakak nggak menuntut apa-apa dari papa dan mama kok. Kami hanya ingin mereka akur dan memperhatikan masa depan kami berdua, bukan egonya.

Paman! Abang nggak mau jadi rebutan mama sama papa. Seharusnya mereka sadar, mereka adalah orang tua kandung abang, yang melahirkan abang dan yang membesarkan abang sampai sekarang. Kenapa mereka harus takut kehilangan abang, karena sampai kapanpun abang adalah anak mereka bedua.

Kini abang sudah bulat membuat keputusan. Abang tidak akan ikut siapa-siapa, baik mama maupun papa. Abang juga sudah tidak bisa berharap banyak dari kduanya. Abang memutuskan untuk pindah sekolah dan tinggal besama mbah. Keputusan ini abang ambil demi menjaga agar mama dan papa tidak memperebutkan aku terus. Tapi abang tetap tidak tahu, bagaimana dengan nasib kakak nantinya.

Paman! tolonglah beri pengertian kepada mama dan papa. Abang sayang mereka bedua. Jika kapal yang kami naiki pecah, tentu kami akan becerai berai. Abang sungguh tidak menyesal menjadi anak mereka. Yang abang sesalkan justu kenapa mama dan papa menjadi berlawanan arah.

Paman! Jaga keluarga paman ya, jangan seperti mama sama papa. Adek masih kecil, kasihan kalo harus merasakan seperti yang abang rasakan ini.

Paman! abang kangen kakak, abang kangen mama. Hari ini abang terpaksa masuk sekolah dengan baju kotor dan tidak di setrika karena papa tidak mencuci seragam abang semalam...

(Sebuah curahan hati seorang pria kecil. Dia mengungkapkannya dengan hati. Aku tersentuh mendengarnya. Ego orang tua terkadang membunuh nilai kasih sayang dan cinta. Tanpa mempedulikan masa depan anaknya).....

Monday 27 October 2008

Layang-Layang

Pembaca yang budiman, budiawan dan budi anak ibunya?! hehe. Sekedar iseng, dalam tulisan kali ini penulis igin mengangkat tema sederhana, yakni 'layang-layang'. Pembaca pasti tahu dan bahkan sebagian besar pernah mempermainkannya. Waktu masih kecil, layang-layang merupakan permainan faforit saya, bahkan sampai sekarang saya masih menyukainya walau sudah jarang memainkannya.

sejak saya kecil, layang-layang sudah diperjual belikan. Namun masih jarang sekali dan harganya juga tidak murah. Saya memilih membikin sendiri waktu itu. Toh bahan-bahannya juga gampang diperoleh kok. Hanya dua batang bambu, benang dan kertas atau bisa juga pakai plastik. Pembaca juga pasti bisa kan???.
Namun yang ingin penulis kemukakan disini kepada pembaca bukan masalah gampang atau rumitya membuat layang-layang. Melainkan penulis ingin mengangkat nilai filosofis dari layang-layang itu sediri. Hal ini menjadi cukup menarik manakala kita kaitkan filosofis layang-layangg ini dengan perilaku dan kebiasaan remaja jaman sekarang yang cenderung memilih barang yang serab instan saja ketimbang harus mau merasakan sedikit susah terlebih dahulu.

Pembaca yang jujur, mujur dan selalu bersukur?! . Sadarkah anda. Ternyata saat ini telah terjadi pergeseran nilai yang cukup besar sekali disekitar kehidupan kita. Contoh ini cukup kita pandang dari sisi layang-layang saja. Dan kalo mau, pembaca bisa juga kok memandangnya dari sudut yang lain. Penulis hafal betul lagu 'Layang-Layang'. Begini lagunya..

Kuambil buluh sebatang.
Kupotong sama panjang.
kuraut dan kupintal dengan benang.
Kujadikan layang-layang.
Bermain,,berlari,,
Bermain layang-layang.
Bermain kubawa ke tanah lapang..
Hati Gembira dan riang..

Saat kita membuat layang-layang. Secara tidak langsung, saat itulah kita telah diajari bagaimana mengukur kesabaran dan keseimbangan hidup kita sendiri. Tanpa keseimbangan layang-layag tidak akan dapat terbang dengan sempurna. Makanya, kita harus sabar saat meraut arku-nya. Antara sayap kanan dan kiri harus sama. Tidak ada yang lebih berat atau lebih ringan.

Pembaca yang terhormat, karena saya memang sangat menghormati pembaca semua. Beruntunglah bagi pembaca yang tidak pernah menjadi anak manja atau dimanjakan orang tua. Namun kasihan sekali bagi pembaca yang masa kecilnya tidak bahagia hehe. Maksud saya, tidak dimanja itu bukan berarti sengsara. Atau kesengsaraan bukan timbul karena tidak pernah jadi anak manja.

Jaman sekarang, para remaja sepertinya sudah malas untuk membuat layang-layang sendiri. Dan yang membuat mereka malas lantaran terlalu banyaknya layang-layang yang diperjual belikan dipinggir jalan, dan dengan harga yang murah pula.

Pembaca yang baik hati. Pengaruh gloalisasi, kemajuan teknologi serta perkembangan ekonomi jika tidak diimbangi dengan kesiapan mental generasinya justru akan berdampak negatif kedepannya. Bangsa kita bisa-bisa kehabisan generasi. Kehabisan generasi yang bisa menjaga keseimbagan hidup dan kehidupan.

Wah bahaya kan. Para orang tua mestinya jangan menganggap remeh hal ini. Jangan terlalu memanjakan anak, demi menjaga stabilitas generasi. Demi menjaga keseimbangan hidup dan demi masa depan anaknya sendiri. Jangan membunuh kreatifitas anak dengan memanjakannya...

Tuesday 21 October 2008

Pungkuratung

Sebuah kejadian yang cukup dramatis dan penuh nilai-nilai mistis. Malam itu, Gopal, sahabatku yang keturunan Arab terpaksa kuminta datang ke rumah kontrakanku. Karena tetanggaku, mahasiswi yang kos disebelah rumah sedang mendapat masalah, namanya Nenden. Dia kesurupan, alias kesambet, atau kerasukan, atau apalah namanya. Aku hubungi Gopal, karena dia mengerti masalah yang sepeti itu. Kisah ini sedikit berbau horor, tapi tidak terlalu menakutkan kok.

Menurut teman satu kos Nenden, Lidya. Temannya itu tiba-tiba tertawa sendiri tanpa sebab, kemudian menangis, menjerit dan mencakar-cakar bantal, kasur dan apapun yang ada disekitarnya. Bahkan saat melihat temannya itu seperti melihat musuh bebuyutan. Aku bergidik mendengar ceita Lidya, apalagi Lidya yang satu kamar dengannya. Wajar saja kalau Lidya cepat-cepat mengadu kepadaku, karena akulah satu-satunya yang ada di kontrakan ketika itu, dan aku pula yang paling dekat untuk dia mintai pertolongan. Kebetulan dua teman satu kontrakan aku lagi pada keluyuran.


Setahu aku Nenden sedang kesurupan makhluk halus yang tidak tahu dari mana datangnya dan apa sebabnya. Meski aku tahu itu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Karena aku hidup di dunia nyata, tidak penah berurusan dengan hal yang begitu-begituan. Kalau orang yang mengganggu mungkin aku bisa mengusir dan melawannya, karena kelihatan. Tapi kalau yang seperti ini, terpaksa aku serahkan kepada Gopal, sahabatku.

Tak lama suara motor Shogun sampai didepan rumah. Itulah Gopal sahabatku yang aku tunggu dan tumpuan harapan bagi Lidya semoga bisa membantu teman satu kosnya yang sedang mendapat masalah itu.

"Ada apa Bo. Siapa yang di ganggu," tanya Gopal tanpa basa-basi.
"Tetangga gue. Nih teman se kosnya, namanya Lidya. Lidya ni Gopal," jawabku sambil mempekenalkan keduanya.

"Siapa namanya," tanya Gopal.
"Lidya," jawab Lidya sambil menyodorkan tangan untuk dijabat. Gopal cepat menyambut.
"Bukan. Maksud saya teman se kos kamu!?," Gopal mengklarifikasi.
"O maaf. Namanya Nenden," jawab Lidya tersipu.

Setelah perkenalan singkat, kami bertiga langsung menuju kamar kos Nenden dan Lidya yang seluruh dindingnya di cat warna pink. Dari balik pintu kamar tersebut tidak terdengar suara apapaun, seperti tidak terjadi apa-apa. Kemudian Gopal membuka pintu kamar Nenden dengan penuh hati-hati. Dibelakang Gopal, Lidya membuntuti, sedangkan aku berada di barisan paling belakang.

Kejadian itu memang tidak banyak yang tahu. Termasuk tetangga-tetangga yang lain, karena kami menanganinya dengan rapi dan tidak mau membuat orang se kampung ikut sibuk.

"Gila bener," batinku. Saat pintu kamar dibuka, aku melihat Nenden dalam keadaan acak-acakan. Rambut ikalnya yang panjang nyaris sampai pinggang itu awut-awutan, percis seperti orang yang baru di strum. Padahal dalam keseharian Nenden dalam penilaianku cewek yang rajin dan pandai menjaga penampilan. Ah, wajar saja kalu hari itu dia dalam keadaan seperti itu, karena sedang dirasuki sesuatu. "Setan memang jelek, orang cantik pun kalau dirasuki setan jadi ikutan jelek," kataku dalam hati.

Aku berlindung dipunggung Lidya, sedangkan Lidya berlindung dipunggung Gopal. Sesekali aku mengintip dari punggung Lidya sorot mata Nenden yang tajam dan beringas seolah ingin menerkam sesuatu. Nenden juga melakukan hal yang sama dari balik punggung Gopal.
Sedangkan Gopal terlihat tenang sekali melangkahkan kakinya kearah dimana nenden sedang terduduk diam. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Gopal. Rahangnya yang aku perhatikan dari belakang terus begerak, sepertinya Gopal sedang membaca sesuatu.

Gopal menjulurkan tangan kanannya kearah wajah Nenden sambil terus berkomat-kamit. Nenden yang sedang dalam pengaruh makhluk halus terlihat tidak senang dengan kehadiran Gopal dihadapannya. Dia terlihat memberontak dan ingin sekali menyerang Gopal dan kami bertiga, namun gerakannya seolah ada yang menahan.

"Pergiiiiiiiii!. Jangan ganggu aku kau manusia!!!," teriak Nenden dengan suara parau dan membentak.

Aku kaget dan menyembunyikan mukaku dipunggung Lidya. Begitu juga Lidya dia cepat-cepat bersembunyi dipunggung Gopal. Sementara Gopal tetap tenang sambil terus bekomat-kamit sambil mendekati Nenden.

"Jangan ganggu aku!!!," Nenden mengulangi pekataannya.
"Siapa kamu," kata Gopal bertanya kepada makhluk yang berada ditubuh Nenden.
"Ayo jawab!!, siapa kamu!! Kenapa kamu ganggu manusia," Gopal mengulangi petanyaannya.

Nenden tidak segera menjawab. Dia justru melakukan gerakan kecil sambil mengeluarkan suara parau dari dasar tenggorokannya.

"Apa urusan kamu!? Jangan pegangi aku. Kubunuh kamu," kata Nenden pelan tapi dengan penuh penekanan.
"Aku tanya, siapa kamu!," Gopal justru tambah membentak.
"Pungkuratung, hahahahaha," sambil terus menggeliat-geliat seolah-olah berusaha melepaskan sesuatu yang memegang kedua tangannya.
"Dari mana asal kamu!?,"
"Kalimantan,"
"Sekarang kamu tinggal pilih. Mau keluar dari tubuh manusia ini sendiri, atau dengan cara aku," ancam Gopal.
"Ampuuuuuun, sakiiiiit, ampuuuun!!,"
"Jawab. Mau keluar sendiri atau dengan caraku!!. Kalu tidak kamu akan kubuat kesakitan terus," uja Gopal.
"Ampuuun, sakiiiit. Baik, aku akan keluar sendiri. Tapi aku punya satu permintaan,".
"Apa,"? Tanya Gopal.
"Beri aku dulu sebatang rokok,".

Setelah sekian lama Gopal bernegosiasi, akhirnya setan ditubuh Nenden menyerah. Entah ilmu apa yang dipakai Gopal, aku cukup kagum melihat sahabatku itu. Tidak hanya aku, Lidya juga memperlihatkan kekagumannya. Bahkan menurut mataku, kekaguman yang diperlihatkan Lidya bukan kagum biasa.

Gopal menuruti permintaan Pungkuratung yang berada ditubuh Nenden. Setelah diberi sebatang rokok, dan minta dinyalakan sekali, kemudian dihisapnya sebanyak sekitar tiga kali. Kemudian nenden yang dalam posisi duduk tiba-tiba lunglai dan tergeletak ditempat tidur.

"Lid, teman kamu Insya Allah udah nggak kenapa-napa lagi. Dia cuma lemas karena kecapean. sebentar lagi juga sadar kok ," kata Gopal.
"Bener nih. Terimakasih ya," Lidya langsung bergegas mengelus-elus teman se kosnya itu sambil merapikan rambut dan pakaian Nenden yang berantakan.

"Gua dengar namanya Pungkuratung Pal. Namanya aja udah serem," tanyaku.
"Iya, wajahnya lebih serem lagi Bo," jawabnya.
"Bo, gue haus ni. Bagi air putih dong," pinta Gopal sambil memegangi tenggorokannya.
"Ini aja, udah aku siapin kok. Tapi cuma sekedar air putih," Lidya buru-buru menyodorkan segelas air putih bening kepada Gopal.
"Wah jadi ngrepotin kamu ni Lid," kali ini Gopal basa-basi.
"Nggak lah, kan cuma air putih aja. Justru aku yang udah ngerepotin kamu," Lidya menyunggingkan senyum.
"Makasih ya," Gopal menenggak habis air putih didalam gelas pemberian Lidya.

"Aku yang beterimakasi," Lidya kembali merasa yang paling berhutang budi.
"Pal temennya Lidya, Nenden udah nggak apa-apa kan. Kira-kira kumat lagi nggak nanti," aku memotong pembicaraan mereka.
"Insya Allah nggak. Dia udah kapok kok," Gopal meyakinkan kami berdua. Aku dan Lidya saling pandang.
"Ntar kalo ada apa-apa hubungi aja gua," Gopal menawakan diri.


Padahal tanpa diminta sekalipun, kalau ada kasus seperti itu, aku selalu menghubunginya. Dan kasus Pungkuratung bukan yang pertamakali dia tangani.

Pembaca yang budiman. Rupanya ada hikmah dibalik kejadian itu. Pertemuan Gopal dan Lidya berkelanjutan. Tawaran Gopal itu bukan tanpa sebab. Dia rupanya meninggalkan benih kasih dari kejadian itu dihati Lidya. Pungkuratung mempertemukan mereka??!

Sepulangnya Gopal dari aksi layaknya seorang 'dukun' dengan mengobati temannya, telah mengundang simpatik tetanggaku itu. Hal itu aku sadari dari sorot mata keduanya tatkala beradu pandang untuk pertama kalinya.

Aku pun jadi ma comblang dadakan. Lidya tak henti-henti bertanya tentang Gopal, Begitu juga sebaliknya. Tak lama kemudian, entah karena aku atau memang keduanya ada kecocokan, akhirnya mereka pacaran. Hubungan mereka aku juluki 'Pungkuatung'. Mereka awalnya keberatan dan ingin protes dengan julukan itu. Tapi itu sudah aku patenkan. Ternyata 'Pungkuratung' juga membawa berkah. Coba tebak, mereka dekat karena aku, karena Pungkuratung atau karena Nenden??!!***

Monday 13 October 2008

Laskar Pelangi....

Demi sebuah cita yang masih tertnggal dipuncak harapan...
Demi sebuah kebenaran yang masih diselimuti tabir kegelapan...
Demi sebuah cahaya yang terpenjara dalam gulita..
Demi sebuah mimpi yang masih terbuai di alam tidur..
Demi sebuah cinta yang masih terkungkung kebencian...
Demi sebuah harapan yang dibayangi keputus asaan....
Demi sebuah kejujuran yang berada dalam bayang-bayang nafsu...

Seperti para dewa yang mengharapkan sesembahan di altar suci...
Seperti Matahari yang tak bosan menebar cahaya...
Seperti udara yang tak lelah berhembus untuk setiap nafas manusia..dan
Seperti air yang selalu mengalir....
Maka sucikanlah cita....
Maka teguklah pemahaman....
Maka bunuhlah dosa....
Maka kejarlah harapan...
Maka raihlah kemenangan..
Maka Bercerminlah diri....
Seperti Matahari..
Seperti Pelangi..
Seperti tata surya...
Seperti kasih sayang para Ibu...
Seperti tawa si fulan...
Seperti yang semua merasakannya.....

Sunday 12 October 2008

Cariyah Pun Hilang Keceriaannya (Cerita TKW)

Miris nian nasib Cariyah. Bungsu dari 5 bersaudara kelahiran Cirebon 10 Juli 1977 ini awalnya ingin sekali membahagiakan keluarganya di kapung halaman dengan memberanikan diri menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) sebagai Pembantu Rumah Rangga (PRT) di Malaysia.

Mei 2008 Cariah berangkat ke negeri Jiran tersebut setelah selama 3 bulan diberi bimbingan oleh sebuah penyalur jasa TKI yang ada di Tanjungpinang. Betapa senangnya diaketika itu, dibenaknya langsung tergambar kibaran pecahan uang kertas ringgit sebesar RM450 atau sekita Rp1,5 juta untuk gajinya setiap bulan. Percis seperti yang dijanjikan majikan yang kabarnya orang Melayu. Apalgi, sebelum berangkat, Cariyah dijanjikan hanya akan dipekerjakan sebagai penjaga 'orang tua', cuci piring dan membersihkan lantai saja.
Untung tak didapat, malang justru bertubi-tubi menghammpiri. Semenjak baru kerja di Malaysia Cariyah sudah mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari Majikannya. Hanya karena kurang puas dengan pekerjaan yang dilakukan, bertubi-tubi pukulan mendarat ditubuh wanita berambut ikal ini. Tangan, kaki, perut, tengkuk bahkan kepala menjadi sasaran amarah majikannya.
"Saya pernah dipukul pakai tangkai sapu dibagian punggung. Kemudian saya pernah juga dipukul pakai pecut anjing di tangan kiri sampai berbekas. Nggak hanya itu, sampai sekarang diperut saya juga ada bekas pukulan, dan kepala saya sampai sekarang terasa sakit karena sering dijedot-jedotkan ke tembok," aku Cariyah yang dipulangkan dari KBRI pada Juli lalu.
Cariayah pun keika itu langsung ditampung di Shelter Engku Putri Batu 10 Tanjungpinang. Berulangkali Cariyah memegangi tengkuk dan beberapa bagian tubuh lainnya yang masih sakit dia rasakan akibat dianiyaya majikan. Entah sudah berapa banyak pukulan yang diterimannya selama sebulan di negeri Jiran, hingga akhirnya dia tak tahan. Akibat berulangkali mendapat pukulan di bagian kepala dan tengkuk, Cariyah pun tampak sedikit mengalami gangguan mental.
Dia terlihat trauma dan tampak ingin sekali menumpahkan segala isi hatinya kepada semua orang. Dia juga mengaku pernah jatuh dari tangga rumah majikannya akibat kurang konsentrasi saat berjalan menyusuri tangga, karena selama dua hai tidak dibei makan apa-apa. Tidak tahan diperlakukan kasar layaknya bukan manusia, Cariyah kemudian meminta kepada majikannya agar dicarikan majikan lain. Namun, sang majikan justru tambah marah dan Cariyah kembali menerima pukulan yang kesekian kalinya.
"Akhirnya saya dipulangkan kepada agen dengan alasan, saya tidak becus bekerja. Oleh agen kemudian saya diantar ke Tanjungpinang untuk diserahkan kepada tekong yang menampung saya. Gaji saya seharusnya Rp1,5 juta selama sebulan bekerja tidak dibayar sepeserpun oleh majikan. Tapi tidak mengapa, saya ikhlas karena senang bisa lepas dari mereka," kata Cariyah yang tak sekalipun memperlihatkan senyumnya, meski hanya sekedar basa-basi.
Cariyah berharap di Tanjungpinang akan ada orang yang mau menampung keluh kesahnya selama sebulan jadi PRT di Malaysia. Apalgi, selama sebulan 'tak seharipun dia tidak merasakan pukulan dan mendengarkan makian has majikannya.
"Setelah sampai di Penampungan, ternyata tidak ada satu orang pun yang percaya cerita saya. Saya malah dibilang mengada-ada. Bahkan, entah kenapa selama di penampungan (rumah tekong-red) saya juga sering menerima perlakuan kasar, seperti dipukul dan di tampar, dan saya merasa diterlantarkan" cerita Cariyah.
Tidak tahan dengan perlakuan kasar selama di penampungan yang terletak di Batu 3, Cariyah berusaha melaporkan nasibnya kepihak berwajib, kantor polisi Bukit Bestari. Namun usaha melaporkan ke polisi juga dia rasakan sia-sia, karena laporannya tidak ditanggapi dengan serius.
"Saya pernah melapor ke kantor polisi di Batu 3. Saya lupa siapa yang menerima, tapi saya ingat orangnya. Laporan saya tidak ditanggapi sama dia," keluh Cariyah.
Sekitar seminggu di penampungan setelah pulang dari Malaysia, Cariyah yang tidak tahan akhirnya bertemu seorang teman. Setelah menceitakan seluruh keluh kesah yang dirasakannya, akhirnya oleh temannya tersebut Cariyah kemudian diantar ke pelabuhan Kijang untuk pulang ke kampung halaman. Namun niatnya langsung puang gagal, karena tidak sepeserpun Cariyah memegang uang untuk membeli tiket kapal. Sedangkan temannya juga bernasib sama.
"Saya bingung sekali. Di Kijang saya juga terlantar, karena tidak punya uang untuk membeli makan, apalagi tiket. Akhirnya oleh teman saya, saya diantar ke rumah singgah Batu 10. Disini saya menceitakan semua kejadian yang saya alami kepada ibu asrama. Saya nggak kuat mas. Saya ini salah apa. Kenapa semua orang membenci saya," ceitanya.
Karena tidak memiliki teman curhat, Caiyah sering menuliskan kisah hidupnya di lembaran-lembaran buku tulis. Entah sudah berapa banyak tulisan yang dia buat. Isinya tentang kesusahan hidupnya, termasuk didalamnya tercatat beberapa nama yang telah menyakitinya atau menerlantarkannya, baik saat berada di Malaysia maupun di penampungan Tanjungpinang.
Bentuk tulisannya kurang bagus namun bisa dibaca. Untuk memahaminya butuh ketelitian. Kombinasi bentuk dan ketebalan tulisan tanganya menandakan ada yang mengganjal dihatinya dan belum terluapkan. Atas pengalamanya tesebut, Cariyah pun mengaku kapok menjadi TKW lagi. Dia memilih untuk kembali ke kampung halaman dan membantu ibu dan bapaknya menanam padi di sawah.

Saturday 11 October 2008

Fenomena Hidup

Penindasan, kekerasan, kezaliman, penipuan, pembunuhan, pemerkosaan, fitnah, hasud, hasad, hujat, marah, iri, dengki, saling tipu dan menjatuhkan adalah sebuah fenomena hidup yang selalu bekeliaran disetiap jiwa manusia.

Miskin, mengemis, terlantar, fakir, cacat, gila, gelandangan, jatuh, jelek, terpuruk dan dicemoohkan bukanlah sebuah pilihan hidup. Tapi akan tetap singgah ditengah-tengah kehidupan, dan mewarnai fenomena hidup.

Kaya, pintar, hebat, cerdas, bahagia, tertawa, senang, sakti, wibawa, dihormati, disegani, disanjung dan dipuja bukanlah hadiah bagi segelintir penghuni kehidupan.

Dari segala fenomena yang ada didalam hidup, manusia terkadang dipaksa untuk menentukan pilihan, berusaha melawan sekaligus pasrah.

Segala fenomena itu akan tetap ada dimanapun jua dan sampai kapanpun. Tapi jalan hidup tetap bisa ditentukan. Semua tergantung indifidu dan kesadadarn sosial yang menjalani kehidupan.

Manusia diciptakan untuk saling membantu. Yang kaya membantu yang miskin, yang pintar mengajari yang bodoh, yang kuat menopang yang lemah, yang tinggi mendukung yang rendah dan seterusnya. Tujuannya untuk menciptakan keharmonisan dalam hidup. Keharmonisan hidup akan tercipta jika para manusia tidak lagi senang melihat sesamanya kesusahan, dan tidak susah melihat sesamanya hidup senang.***


Friday 10 October 2008

Cara Si Buta Memandang Dunia

Belum lama ini aku berbincang-bincang dengan seorang pria yang tidak bisa melihat betapa indahnya dunia ini. Dalam penglihatannya dunia ini hanya sebuah ruangan gelap, hampa yang tidak ada apa-apanya. Tidak ada warna, tidak ada bentuk dan tidak ada pula unsur seni yang bisa menghibur hatinya.

Namanya Zulfahmi. Dia adalah seorang guru tunanetra di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Tajungpinang. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana Fahmi yang buta itu mengajari murid-muridnya yang juga buta. Contohnya, bisakah Fahmi mengeksplorasikan bentuk gajah secara utuh kepada murid-muridnya. Mulutku tertahan untuk menanyakan hal itu. Tapi aku yakin dia mampu mengeksplorasikannya, karena diujung namanya sudah ada sebaris titel 'Sarjana Pendidikan Luar Biasa' (SPLB) yang dia peroleh dari Sekolah Pendidikan Guru LuarBiasa, di Bandung.

Pebincangan kami semakin panjang. Ternyata Fahmi, begitu teman-temannya menyapa, bukan tipe orang yang tertutup atau malu karena kondisi fisiknya. Dia justu lebih banyak bercerita dan bahkan aku anggap dia memilki cara tesendiri untuk memandang dunia ini. Ini kesempatan aku belajar banyak darinya, pikirku.

Tanpa dia ketahui, aku mencoba memejamkan mataku. Sekedar merasakan, sepeti yang dirasakannya. Selama kurang lebih dua menit mataku terpejam, dan kami sama-sama hanyut dalam pembicaraan yang kegelap.

Dalam dua menit itu aku merasakan dunia ini begitu sempit. Aku seperti dihimpit sesuatu yang besar. Nafasku sesak, fikiranku buntuk karena tertahan, bayang-bayang gelap terus menghantui aku selama dua menit itu.

"Orang-orang buta seperti kami, punya cara tersendiri dalam memandang dunia. Petama kami pakai hafalan, pakai feeling dan pakai seluruh indera kami yang masih berfungsi," ujar Fahmi dan spontan aku buka katupan mataku.

Aku pandangi sekeliling rumah kontrakan pria lajang berusia 35 tahun itu. Sebuah sisir terletak diatas meja kayu dan tidak ada cermin yang sebagai alat pemantul diri, karena memang tidak dia butuhkan. Aku kembali melihat dua buah lampu yang terpasang di ruang depan dan dapur yan tidak pernah dinyalakan, baik malam hari sekalipun, kcuali ketika ada tamu yang berkunjung. Karena dengan atau tanpa lampu juga, dunia ini gelap adanya bagi Fahmi.

Mataku beralih kepada sebuah kotak permainan catur yang tergeletak disamping kiri Fahmi. Meski jumlah garis, pion dan semua anak catur dan cara mainnya sama, namun terlihat berbeda pada papan catur dan nak-anak catunya. Papan catur untuk orag buta dibuat berlubang-lubang, sedangkan anaknya di buat ada ukiran yang memanjang di pantat anak catur, yag bisa dimasukkan kedalam lubang papannya.

Rupanya, Fahmi pernah menjuarai permainan catur di kampusnya. Kini, catur menjadi salah satu pemainan diwaktusenggangnya.

Semangat Fahmi luar biasa. Dia dalah pria yang pantang menyerah. Meski buta, namun dia tidak pernah minder atau justru bersembunyi karena kekurangannya. Sebagai guru Tunanetra yang memegang gelar SPLB, Fahmi masih memiliki sejuta mimpi.

"Saya belum puas jadi guru SLB. Saya ingin kuliah lagi S2 dan saya ingin menjadi dosen. Dengan menjadi dosen, maka saya akan bisa menciptakan kader-kader guru untuk orang-orang cacat seperti saya. Begitu banyak orang buta di Indonesia, namun sedikit sekali guru yang bisa mngajar orang-orang cacat itu. Mungkin banyak yang bisa, tapi sedikit sekali yang memiliki kesabaran," ujar fahmi.

Lebih lanjut, Fahmi juga mengaku sedih disaat para orang tua justu banyak yang menyembunyikan anak-anaknya yang cacat karena tidak mau menanggung rasa malu. Sementaa seharusnya, mereka semua juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak-anak normal lainnya.

"Meski orang tua yang melahirkan , tapi tidak selamanya rang tua bisa menentukan masa depan kita. Kitalah yang menentukan masa depan kita sendiri. Makanya, janga minder karena kekuanga fisik. Tetaplah bersemangat, jangan dipendam cita-cita itu. Para orang tua juga jangan justru menyembunyikan anak-anaknya. Bei kesempatan anak-anak cacat mengekspresikan hidupnya. Dibalik kekurangan, Tuhan pasti memberikan kelebihan," kata Fahmi.

Dulu, Fahmi juga mengaku telat masuk sekolah SD, karena sempat disembunyikan oleh orang tuanya karena malu dengan kondisinya yang cacat. Selain untuk mengejar cita-citanya, Fahmi juga ingin sekali membahagiakan orang tuanya. Dia ingin membuktikan bahwa keberadaannya yang cacat tidak hanya menjadi beban keluarga.

Fahmi telah mengajariku bagaimana cara memandang dunia. Dunia tidak hanya dipandang dari satu sisi. Indera manusia tidak hanya mata, tapi ada hidung, telinga, kuit, lidah dan tangan untuk meraba serta ditambah dengan feeling. Hanya kata 'Syukur' yang bisa aku ucapkan setelah itu. ternyata panca indraku masih utuh dan semuanya befungsi dengan normal.***



Thursday 9 October 2008

Demokrasi atau Demo Crazy??

Hampir setiap hari aku nyanggong di depan komputer. Tanganku terus menekan biji-biji keyboard yang huruf-hurufnya mulai tak kelihatan, untuk menterjemahkan apa yang aku pikirkan, aku lihat, aku dengar dan aku rasakan.

Hari ini aku membuat tulisan ringan. Sebuah tulisan yang mudah-mudahan bisa jadi inspirasi bagi semua orang, sebagai pengetahuan sekaligus topik yang apik untuk dibahas.

Pesta Demokrasi pemilihan calon legislatif (caleg) segera dimuali. Begitu banyak wajah-wajah baru yang bermunculan, seperti cendawan dimusim hujan. Karena terlalu banyaknya, sampai-sampai sulit menentukan mana cendawan yang berkualitas dan yang keropos.

Di Provinsi Kepri, tempat aku berdomisili, jumah Daftar Caleg Sementara (DCS) yang diumumkan di media mencapai 3.299 orang. Bayangkan, jika semuanya lulus verifikasi, semua akan rebutan kursi yang jumlahnya hanya 220. Ah gila, pikir aku...!!

Inilah demokrasi itu? Atau ini justu akan berubah menjadi 'demo crazy'? Yang aku lihat ini baru yang terjadi di daerahku (Kepulauan iau). Entah berapa juta orang yang juga berambisi rebutan kursi-kusi yang katanya sangat 'terhormat' itu di Indonesia.

Sudahkan semuanya mempertimbangkan kemampuan pribadi masing-masing. Sudahkan semuanya menginstropeksi diri, layakkah dipilih oleh rakyat. Sudahkan memiliki visi dan misi, apa yang akan dipebuat untuk rakyat jika nanti diamanati menjadi wakil mereka.

Jangan bermimpi akan dipilih jika tak jelas visi serta misi. Janganlah mengedepankan kepentingan pribadi dengan menghalalkan segala cara demi memperebutkan kursi. Jangan nodai kursi yang terhormat hingga menjadi laknat.

Jaman sekarang aku yakin sudah tidak ada lagi rakyat yang bodoh, apalagi yang bisa dibodohi. Kalaupun ada sedikit sekali, karena semuanya sudah sekolah, dan bahkan sekarang sekolah sudah gratis hingga kepelosok-pelosok negri.


Meski semuanya sudah pintar, namun masyarakat masih banyak yang sulit untuk menolak tawaran rupiah. Money politik inilah yang sulit dibendung, karena meskipun pintar, tapi masih banyak masyarakat yang lapar. Dan tak sedikit masyaakat yang menjual kepintarannya demi menutupi rasa laparnya.

Begitu banyak partai politik, banyak pula calegnya. Sementara kusi yang diperebutkan minim sekali. Mari kita sama-sama berdoa untuk pesta demokrasi di Indonesia agar jangan berbalik menjadi pesta 'demo crazy'. Kita harus tetap menegakkan bangsa ini sebagai Negara Republik Indonesia, dan bukan Negara 'Republik Mimpi'.

Pada dasarnya semakin banyak figur yang mencalonkan diri, maka akan semakin banyak pula kesempatan untuk memilih figur yang berkualitas. Demokrasi yes! demo crazy no!!!!


Saturday 20 September 2008

Setegar Karang Atau Seganas Ombak

Ombak dan karang bukannya tidak akur. Meski keduanya dicipta untuk saling gempur namun keduanya adalah tetap dua unsur yang ada untuk tujuan sama. Dengan ganasnya, sang ombak memang tidak pernah lelah menerjang untuk menguji ketegaran karang. Tapi dengan sabar juga sang karang tetap bercokol dan tak bergeming atas terjangan itu. Entah sejak kapan ombak mulai menggempur, dan selama itu pulalah karang mulai bertahan.
Kini semua makhluk mengakui ketegaran karang yang tidak pernah musnah meski terus menerima gempuran. Semua makhluk juga mengakui akan keganasan ombah, meski tidak pernah berhasil memusnahkan karang, tapi ombak tidak pernah putus asa melakukan misinya secara terus-menerus.
Setegar karang atau Seganas Ombak? Contohlah keduanya, tapi bukan saling gemprnya yang diimami. Belajarlah dari keduanya akan makna sebuah kesabaran, tawakal, ikhlas, kerja keras dan konsiten. Keduanya telah menunjukkan apa yang kita semua sampai lupa untuk menyadarinya.
Apapun yang diingnkan makhluk atas sesuatu tentu tidak pernah tercapai percis sepeti harapan, karena Sang Khalik lebih tahu akan masa depan makhluk-Nya. Namun dengan sabar, ikhlas, tawakal, kerja keras dan konsisten dalam menggapai keinginan itu, maka aka berbuah hasil yang jauh lebih baik dari tujuan sebelumnya.
Ombak dan karang ini adalah contoh yang nyata yang bisa dipelajari. Tujuan ombak menggempur karang adalah untuk memusnahkan batu-batu cadas itu dari areanya. Betahun-tahun ombak tidak penah menyerah. Walau tidak kunjung berhasil namun dia lakukan secara beruang-ulang dengan sabar dan berserah diri kepada yang menciptakannya.
Begitu juga karang, dia juga tidak pernah lelah dan menyerah menahan terjangan dan gempuran. Sampai sekarang sang karang masih bisa hidup ditengah lautan meski ombak terus mendera. Tujuannya adalah satu, ingin tetap berada di tengah lautan, apapun resiko yang harus dia hadapi.
Kini semua mahluk juga tahu, karena ombaklah sang karang terkenal dengan tegarnya. Dan karena karang pulalah sang ombak terkenal dengan keganasannya. Ombak tanpa karang hanya menjadi riak yang tak berarti apa-apa. Dan karang tanpa ombak hanya sebuah onggokan batu yang tidak memiliki wibawa sedikitpun.
Jadilah ombak yang selalu memberikan ujian kepada karang. Dan jadiah karang yang selalu tegar menerima ujian ombak. Kemudian jadilah seperti keduanya yang hidup dalam satu ekosistem yang akhrinya bermanfaat bagi makhluk hidup yang ada dihabitat itu.
Jangan benci karena diuji, karena setiap ujian akan meningkatkan derajat. Jangan akut memberikan ujian, karena ujian yang berbobot akan menjadikan orang lain lebih hebat. Setegar karang atau seganas ombah bukan pilihan, tapi sebuah bahasa alam yang patut dikutip dan dijadikan catatan kaki (footnote) dalam setiap lembar catatan hidup.

Friday 12 September 2008

Rahasia Bukit Pasir Terbesar di Dunia Terungkap

Misteri mengapa rangkaian bukit pasir terbesar di dunia tetap berada di tempatnya dan bentuknya relatif tidak berubah, akhirnya terpecahkan. Perlu diketahui, para ahli geologi sebelumnya bertanya-tanya mengapa bukit-bukit pasir setinggi 500 meter di gurun Badain Jaran, China, tetap berdiri walau menghadapi hembusan angin kencang.
Ternyata bukit-bukti itu dipersatukan oleh sistem air bawah tanah yang baru-baru ini diketemukan. Menurut peneliti Ling Li dari Universitas Queensland, Australia, dan rekan-rekannya, walau bukit-bukit itu kering di bagian luarnya, namun air di baliknya melekatkan butir-butir pasir sehingga mereka kuat menahan gempuran angin.
Dalam penelitian, para ilmuwan menemukan air saat menggali sedalam 20 cm di bawah permukaan bukit pasir. Dan ketika mereka menggali sedalam satu meter di antara dua bukit, maka air mulai menggenangi lubang galian tersebut, padahal kedalaman lubang masih berada 17 meter di atas ketinggian permukaan salah satu danau yang dekat lokasi itu.
Diduga, air-air ini berasal dari lelehan salju di Pegunungan Qilian, 500 kilometer barat daya gurun. Lelehan mengalir melalui rekahan di pegunungan dan masuk ke lapisan batu karbon, sebelum masuk ke sistem bukit pasir Badain Jaran. Bukit-bukit pasir gurun Badain Jaran dikelilingi oleh 72 danau, dengan luas total 23 kilometer persegi.
Hingga penelitian ini diungkapkan, tidak seorang pun mengira ada banyak air di dalam gurun itu. Para ilmuwan memperkirakan ada sekitar 500 juta meter kubik air melewati wilayah itu tiap tahun."Temuan ini bisa dijadikan suatu sistem untuk memenuhi kebutuhan air di wilayah tersebut," kata Ling Li.
Pemerintah China sendiri berencana mengembangkan proyek pengadaan air di sekitar Pegunungan Qilian, yang akan menyediakan sekitar 250 juta meter kubik air tiap tahun.Nah, dengan adanya air di gurun, rencana itu mungkin tidak penting lagi. Namun mereka memperingatkan bahwa pengambilan air dari bukit pasir bisa menyebabkan bukit-bukit itu berubah bentuk, dan mungkin akan mempengaruhi ekosistem setempat.
Nb: Dikutip dari berbagai sumber.

Wednesday 20 August 2008

Jujur Itu Lebih Baik

Tidak dibuat-buat, semua keluar dari ketulusan hati yang paling dalam.
Tidak ada kebohongan, tidak ada keterpaksaan dan tidak ada basa-basi.
Katakan 'tidak' jika memang tidak suka.
Katakan 'iya' jika memang benar-benar suka terhadap sesuatu.
Jangan membolak-balik perasaan hati, karena hal itu menyakitkan.

Jujur, tekadang memang pahit.
Tapi lebh pahit jika kebohongan justru terbongkar dikemudian hari.
Jujur itu cinta, jujur itu damai, jujur itu ketenangan dan jujur adalah kehidupan.
Mencintai diri sendiri adalah sebuah kejujuran.
Terus terang mengungkapkan cinta kepada orang lain juga kejujuran yang patut dihargai.

Seorang penulis akan menghasilkan karya menakjubkan dengan asa kejujurannya.
Seorang pelukis yang menggores kanvas dengan warna-warna kejujuran, akan menghasilkan lukisan yang mengagumkan.

Jujur itu Cinta, Cinta itu Tulus, Tulus itu Ikhlas, Ikhlas itu Sabar dan Sabar itu tidak pernah mengeluh. Dan yang pasti, jujur itu pasti lebih baik dari apapun.****

Monday 18 August 2008

Hitungan Ajaib

Lepaskan sejenak bebanmu hari ini. Jangan terlalu di porsir dalam bekerja. Mending kita main hitung-hitungan yang sedikit menakjubkan ini.

Penasaran kan? kenapa aku bilang menakjubkan? karena memang ajaib hehe.
Gak perlu aku jelasin panjang lebar deh, mendingan kamu yang udah mampir di blog ini segera ikuti perintah dibawah ini. Hitungan ini aku dapat dari temanku. Coba deh
Lumayan buat ngilangin stress. Kalo kamu nggak nyoba, gak bakalan tau..
Langsung aja, ikutin Langkah-Langkah dibawah ini ya.

1. Sebutin Tanggal lahir kamu.

2. Kalikan 4 (empat),

3. Tambah 13 (tiga belas),

4. Kalikan 25 (dua puluh lima ),

5. Kurangi 200 (dua ratus),

6. Tambah Bulan lahir kamu,

7. Kalikan 2 (dua),

8. Kurangi 40 (empat puluh),

9. Kalikan 50 ( lima puluh),

10. Tambah dengan dua digit terakhir dari Tahun lahir kamu (Contoh: 84),

11. Terakhir kurangi dengan 10.500 (sepuluh ribu lima ratus).

Dari langkah-langkah di atas, maka kamu akan menemukan suatu angka yang sangat unik dan membuat kamu heran. Believe it or not?

Sekarang, silakan kamu coba sendiri..Selamat Mencoba.!!!!

There Are Places I Remember (The Beatle)

Lagu ini begitu melegenda, seperti legenda 'The Beatle' yang terus dikenang penggemarnya. Kata-kata dalam lagu ini sangat sederhana, tapi dalam maknanya. Tidak ada satu tempatpun yang tidak meninggalkan kesan/kenangan saat seseorang mengunjunginya.
Suatu saat kita akan melihat sebuah tempat yang berbeda sekali dari yang kita kunjungi sebelumnya di tempat yang sama. Baik ataupun buruk, itulah kesan yang dirasakan. Perubahan tidak selalu menjadi lebih baik dan juga sebaliknya.

Namun, seluruh kenangan tetap tidak akan berubah. Semuanya sudah terpatri mati dalam memori. Dan suatu waktu memori itu akan menjadi inspirasi. Semua seperti yang diutarakan 'The Beatle' dengan lagunya 'There Are Places I Remamber' ini.
******************************************
(The Beatle)
There are places I remember all my life,
Though some have changed
Some forever, not for better
Some have gone and some remain.

All these places have their moments
Of lovers and friends I still can recall
Some are dead and some are living
In my life I loved them all.

And with all these friends and lovers
There is no one compares with you
And these mem'ries lose their meaning
When I think of love as something new

And I know I'll never lose affection
For people and things that went before
I know I'll often stop and think about them.
In my life I loved you more.

And I know I'll never lose affection [kasih saying]
For people and things that went before
I know I'll often stop and think about them.

In my life I loved you more
In my life I loved you more
********

Thursday 14 August 2008

Untuk Merah Putihku....

Meski komponen warnaMu hanya terdiri dari Merah dan Putih. Cukup sederhana memang. Tapi aku tidak penah memandang remeh diriMu. Karena Kau adalah bendera Bangsaku, bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

17 Agustus 2008 genap 63 tahun usia kemerdekaan Indonesia. Selama itu pulau Kauterus berkibar dengan gagahnya. Tidak ada satupun rakyat Indonesia yang menerima teror saat mengibarkan Kau di tanah air, tidak ada juga yang mengintimidasi atau melarang Kau dikibarkan. Jika ada, aku tidak tahu apakah masih banyak yang rela berkorban untuk-Mu, seperti yang pengorbana para pahlawanMu jaman dahulu.

Untungnya, saat ini Indonesia sudah merdeka, dan Kau merupakan bendera lambang kemerdekaan Indonesia itu sendiri. Kemerdekaan yang aku rasakan jelas bukan hadiah atau pemberian dari negara manapun, tapi hasil perjuangan bangsa Indonesia dengan kekompakannya yang rela memperjuangkan seluruh kepentingan pribadi, bahkan darah dan nyawa sekalipun., demi supaya Kau tetap bisa berkibar.

Pada Merah-Mu melambangkan darah para pejuang yang habis dikorbankan demi kebebasan generasi penerus termasuk aku. Merah juga melambangkan keberanian para pejuang bangsa dalam mengusir penjajah dan mempertahankan apa yang menjadi hak Negara tanpa kenal lelah.

Sedangkan warna Putih sendiri meruakan lambang, betapa sucinya perjuangan pahlawan ketika itu. Mereka sadar bahwa kemerdekaan yang diraih tidak akan dinikmati oleh mereka, melainkan oleh orang-orang yang hidup setelah mereka, termasuk juga diriku.

Semua pahlawan berjuang tanpa kenal lelah dan tidak kenal pamrih. Hanya berbekal bambu runcing dan senjata tradisional lainnya, mereka terus berusaha mengibarkan Kau setinggi-tingginya. Desingan peluru terus mengiringi, dentuman meriam juga terus meneror, namun tidak membuat surut semangat perjuangan pahlawan jaman dulu.

Akupun berusaha untuk tetap memaknaiMu Merah Putihku. Seperti aku memaknai betapa pahitnya perjuangan pahlawan saat beusaha untuk tetap mengibarkan-Mu dulu.

Merah Putih ku, Kaulah lambang kegagahan dan kesucian Indonesia. Gagah dan Suci merupakan dua kriteria generasi yang dibutuhkan Indonesia.

Aku tahu Kau begitu sedih saat melihat dari sebagian bangsaMu justru bangga menempelkan bendera negara lain di dada kiri mereka. Kau betul, mereka memang kurang menghargaiMu. Satu pertanda bahwa pemaknaan dan penilaian atasMu semakin luntur.

17 Agustus adalah hari kemerdekaanMu. Berkibarlah Merah Putihku. Julanglah angkasa. Tegaskan kepada bendera-bendera partai di Negeri ini agar sejenak menunduk ketika Kau berkibar. Mereka semua tidak akan sanggup berkibar, tanpa diriMu bekibar terlebih dahulu. Posisimu lebih tinggi dari bendera-bendera partai itu Merah Putihku. Bicaralah lebih lantang Kau darinya, itu wewenangmu.

Dirgahayu Indonesiaku..Tetap berkibarlah Merah Putihku!!!***

Tuesday 5 August 2008

Cerita Ini Cukup Kita yang Tau ya....

Oleh: Basoruddin Subandi

Aku ingin tertawa jika ingat kejadian malam itu. Kakiku yang masih dalam keadaan sakit dipaksa ikut jalan-jalan oleh Fahmi dan Zainuddin. Mereka sahabat aku ketika masih sekolah di Darunnajah, Jakarta. Waktu itu kakiku keseleo dan benar-benar susah untuk berjalan, karena baru jatuh dari ketinggian sekitar 10 meter saat sedang kegiatan lintas alam dalam sebuah aktifitas kepramukaan.

Setengah terpaksa waktu itu aku ikut kedua bocah yang gemar keluyuran malam itu. Ciputat adalah tujuan kami, dan billiar merupakan permainan yang sama-sama kami gemari, tapi tidak saat kakiku dalam keadaan sakit.

Setelah puas menghajar bola-bola segenggaman orang dewasa diatas meja hijau disebuah pusat permainan billiar, kemudian perut kami sama-sama terasa lapar. Dengan terpincang-pincang aku menyusuri trotoar jalan mengikuti langkah Fahmi dan Zainudin. Famhi dan Zainuddin bukannya prihatin, malah menertawai cara jalanku. Tapi, kadang-kadang mereka membantu , terutama ketika aku mau nyebrang jalan.

Singkat cerita, kami bertiga menemukan tukang jual nasi goreng. Namanya Udin, orang-orang memanggilnya Mang Udin berasal dari Jawa Barat. Dia sangat ramah dan senang bercerita. Waktu itu dia cerita panjang lebar tentang kemolekan gadis-gadis di Jawa Barat. Kami bertiga yang sama-sama pendatangi, masing-maign aku dari Kepulauan Riau, Fahmi dari Medan dan Zainuddin dari Palembang senang mendengar cerita Mang Udin itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB. Biarpun sudah larut malam, tapi Kota Jakarta tidak pernah sepi. Bahkan jam segitu, beberapa pick up tampak sudah mulai berlalu-lalang mengangkut sayur-mayur yang akan dijual di pasar Ciputat.

Cerita mang Udin tentang gadis-gadis Jawa Barat yang katanya aduhai menusuk-nusuk pikiran kami, seiring hembusan angin malam yang merasuk ke pori-pori dan membekukan akal sehat.

Zainuddin tampak menyilangkan kedua tangan didadanya, sementara Fahmi mengempit erat-erat kedua tangan dengan kedua pahanya. Dan aku masih mengelus-elus kakiku yang semakin ngilu karena angin malam yang semakin terasa dingin.

Mata Zainuddin tiba-tiba menatap lurus tak berkedip sambil tersenyum-senyum. Tingkahnya memancing aku dan Fahmi untuk ikut melihat kemana Zainuddin mengarahkan pandangannya.

Kami sama-sama melihat seorang wanita. Bagiku, dia sangat seksi dari kejauhan. Rambutnya panjang bergelombang, kulitnya putih. Tubuhnya yang semampai dibalut t-shirt pres body berwarna hitam. Sementara dibagian bawah hanya ditutupi sebuah rok jeans yang sangat pendek, bahkan nyaris terlihat bagian 'dapur'-nya.

Zainuddin yang sebelumnya mendekap erat tubuhnya dengan kedua tangannya, dan Fahmi yang selalu mengepit kedua tangannya spontan berdiri dengan gaya caper alias cari perhatian.

"Suiiiiit,,suiiit.....Cewek!!," panggil Zanuddin.
"Godain kita dong!!," timpal Fahmi.

Aku memilih diam, karena kurang PD alias Pecaya Diri dengan keadaan kakiku yang pengkor. Sementara, Zainuddin dan Fahmi saling bergantian mengeluarkan segala jurus pamungkasya yang dibawa dari Sumatera untuk berusaha meluluhkan sosok aduhai itu. Dengan sepatu hak tinggi, makhluk malam itu semakin tampak sempurna adanya.

Bukannya jual mahal. Karena merasa ada yang mengggoda wanita itu justru mendekati kami bertiga, bahkan berempat dengan Mang Udin yang sedang sibuk membereskan piring bekas makan kami.

Aku ikut berdiri saat melihat wanita itu mendekat. Namun aku merasa ada yang tidak beres saat sosok yang kami kira wanita itu mulai menyeberang jalan menuju tempat kami.

Dari gayanya aku yakin dia bukan wanita sungguhan, melainkan wanita jadi-jadian alias waria. Zainuddin belum menydari hal itu, begitu juga dengan Fahmi. Pikiran kedua sahabat ku itu sepertinya sedang dibayang-bayangi gadis-gadis Jawa Barat ala cerita Mang Udin. Akupun mulai melangkah menghindar. Percuma mengingatkan mereka, karena sudah terlambat.

Benar dugaannku, dia memang wanita jadi-jadian. Aku semakin yakin ketika dia mengeluarkan kata-kata.

"Maas,, manggil saya ya. Siapa tadi yang manggil!?," tanya waria itu dengan nada dan gaya yang kemayu.

Aku tidak bisa berkata apa-apa, kecuali melihat Fahmi dan Zainuddin yang saling beradu pandang seolah saling menyalahkan. Kemudian, seperti memberi isyarat sebuah aba-aba, Fahmi dan Zainuddin serentak berteriak.

"Bencooooooong!!," kemudian keduanya lari tunggang-langgang.

Dengan spontan, aku juga ikut lari kedua sahabatku itu. Kakiku yang semula terasa sakit, ngilu dan terasa mau patah, tidak terasa lagi saat. Bahkan sebatang kayu yang sempat kujadikan tongkat, entah kulempar kemana.

Merasa kami lecehkan, ciptaan Tuhan berbodi wanita dan berperabot pria itu tampak kesal. Awalnya kami lihat dia megejar sambil mengumpat habis kami bertiga. Namun karena kami sedang dihantui rasa takut yang mendalam, sehingga, jangankan seorang bencong, sprinter kaliber dunia sekalipun mungkin tidak akan mampu mengejar kami saat itu.

Nafas kami tersengal-sengal. Kami istirahat disebuah mushalla setelah yakin tidak ada yang mengejar. Kemudian kami beradu pandang dan saling menertawai satu sama lain. Sekaligus heran dengan kondisi kakiku yang sehat seketika.

"Cerita ini cukup kita yang tau ya," kata Zainuddin tiba-tiba membuka kata-kata sambil menahan tawa. Fahmi justru tertawa mendengar ucapan Zainuddin itu.

"Mang Udin tau bego," katanya. Kemudian kami bertiga tertawa terpingkal-pingkal bersama sampai membangunkan seorang gelandangan yang tidur di Mushalla itu.***

Wednesday 30 July 2008

Pohon Yang Rindang Tidak Berdiri Sendiri

Oleh: Basoruddin Subandi

Batangnya kokoh menyanggah. Ranting, dahan, daun, bunga dan buah tampak segar dan menyegarkan. Semuanya bergelayut manja sambil menari dan berdendang merdu diiringi bayu yang terus menerpa.

Ratusan cabangnya saling-silang memberi jalan bagi semut dan
binatang-binatang lain yang bersemayam disana.

sambil bermanja-manja, dedaunan yang merimbun tawarkan keteduhan bagi
cacing dan penghuni tanah lainnya.

Pohon yang rindang menyapa lingkungan dengan hati dan perasaan. Melihat tidak hanya semata-mata dengan mata, dan berbuat tidak
semata-mata untuk dirinya pribadi.

Sumber Air dalam tanah pun tidak ragu mengalirkan airnya
untuk pohon seperti ini. Pohon yang mengayomi selalu dinanti makhluk
disekiarnya. Tidak perlu berfikir panjang bagi siapa yang ingin
memberinya bantuan.

Pohon yang rindang selalu memberi, dan kemudian diberi, disenangi dan
tanpa ada yang membenci. Pohon yang rindang kian tegar berdiri.

Dahsyatnya badaipun 'tak akan mampu menggoyangkannya. Karena akarnya
dicengkeram oleh tanah-tanah yang sehat. Tanah yang selalu disirami
dengan air yang tak berhenti mengalir.Dan pohon yang rindang selalu mendapat dukungan moril oleh penghuni disekitarnya.


Pohon yang rindang dan yang bermanfaat untuk lainya. Tentu tak satupun
ekosistem disekitarnya merelakan sang pohon diusik apalagi dimusnahkan.
Pohon yang rindang, yang keberadaannya penuh manfaat. Kedatangannya
selalu dinantikan dan kepergiannya tidak ada satupun yang mengharapkan.

Atas kerindangan, manfaat dan kekokohannya. Badaipun bertekuk lutut dan
menjadi sahabat yang siap melindungi dan membela sang pohon.

Jadilah pohon yng rindang. Pohon yang selalu meneduhi binatang melata
yang butuh perlindungan. Pohon yang mengutakaman kepentingan
lingkungannya ketimbang dirinya.

Simbiosis mutualisme. Kerjasama yang saling menguntungkan. Mata rantai
biologi mapan dengan sendirinya. Pohon terus melindungi dengan
kerindangannya. Sumber air terus merasuk ke akar pohon, dan pohonpun
semakin rimbun. Semuanya merasakan damai, tentram, aman, nyaman dan
sejahtera****

Thursday 10 July 2008

Menilik Desa Air Glubi

- 60 Persen Remaja Disana Putus Sekolah

Oleh: Basoruddin Subandi

Sengatan sinar matahari siang itu sedikit terhalang daun kelapa yang melambai-lambai, sehingga panasnya tidak terlalu membakar kulit. Rumah-rumah suku laut berjejer tak beraturan disepanjang pantai dengan ukuran yang cukup kecil, berdinding dan berlantai papan, serta hanya disangga dengan kayu seadanya dan beratapkan jerami. Itulah sebuah gambaran suku laut yang ada di Desa Air Glubi, Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan.

Air Glubi merupakan sempalan dari Desa Kelong yang baru dimekarkan sejak November 2007 . Dihuni 187 KK (Kepala Keluarga) dengan 702 jumlah penduduk. Sarana dan prasarana di desa itu masih terlalu minim. Cukup mengejutkan, dari pengakuan Camat Bintan Pesisir Syaiful Ikhsan, 60 persen remaja di desa yang baru berusia 5 bulan itu ternyata putus sekolah.

Mariana (13) merupakan salah satu contoh dari anak usia 7-15 tahun yang sekolahnya kandas ditengah jalan. Dia berhenti sekolah sejak duduk di kelas 5 SD. Ayah dan ibunya yang nelayan tidak sanggup membiayai pendidikannya. Seragam sekolahnya yang sudah sempit dan kumal sekarang selalu dia gunakan untuk pergi memancing ikan, menemani orang tuanya dilautan lepas yang dalam dan ganas.

Ketika ditemuia koran ini, Mariana terlihat masih mengenakan seragam merah putih lengkap dengan lambang 'tut wuri handayani' di saku kirinya, yang maknanya 'dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan'. Namun lambang itu melekat didada kirinya tanpa makna apa-apa lagi.

Dari sorot mata gadis yang masih keturunan suku laut itu menggambarkan betapa inginnya dia meraih bintang, namun penghasilan ayahya yang nelayan tidak mungkin dapat ia andalkan. Akhirnya dia dan ayahnya terpaksa membawa amanat undang-undang wajib belajar 9 tahun ketengah laut dan memberikannya kepada ikan-ikan yang keplaparan.

"Kadang saye ikut turun cari ikan ka' (di-red) laut sama 'tok (kakek-red), juge same nenek. Abis saye udah tak sekolah lagi," ungkap gadis yang mulai beranjak dewasa itu malu-malu sambil menyembunyikan warna baju seragam putihnya yang mulai kuning kehitam-hitaman karena jamur.

Disamping ekonomi yang melilit, sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Air Glubi menjadi faktornya. Disana hanya ada satu sekolah dasar (SD), yaki SD 025. Setelah tamat SD kebanyakan anak-anak disana harus melanjutkan pendidikan SMP ditempat lain. Sedangkan untuk menuju sekolah SMP itu dibutuhkan transportasi laut yang harus siap setiap saat. Dan transportasi itulah masalahnya.

Sebagai gambaran, di Kecamatan Bintan Pesisir terdapat 4 Desa masing-masing Desa Kelong, Desa Numbing, Desa Air Glubi dan Desa Mapur. Antara desa yang satu dengan lainnya hanya bisa dihubungkan menggunakan jalur transportasi laut yang memakan waktu tempuh 15 hingga 30 menit. Dan satu-satunya desa yang sudah memiliki sarana pendidikn SMP hanya di Kelong.

Mendiang Ki Hajar Dewantara akan terenyuh jika menyaksikan keadaan ini. Tokoh pendidikan kelahiran Yogyakarta, 2 Mei 1889 yang wafat 26 April 1959 tersebut merupakan seorang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Semestinya dizaman yang serba gampang dan bebas merdeka ini anak-anak lebih mudah mendapatkan pendidikan.

Mak Yah (67), nenek Mariana, duduk mendampingi cucunya yang tidak sekolah lagi itu. Menurut Mak Yah, dia memiliki lebih selusin cucu dan rata-rata hanya memiliki bekal pendidikan SD, bahkan sebagiannya tidak selesai. Dan hanya satu cucunya yang lanjut sampai bangku SMP.

"Susah pak, mau sekolah tak ada uang. Disini yang ada cuma SD. SMP-nya ada di kelong. Pake pompong kalo mau kesana. Kita tak ada pompong, yang ada cuma sampan," kata Mak Yah sambil menunjuk sampan kecil yang biasa ia gunakan untuk mancing.

Dalam sehari, Mak Yah dan Suaminya, Pak Atak, setiap melaut rata-rata menghasilkan Rp50.000. Mereka berangkat mancing biasanya sekitar pukul 19.00 WIB dan baru pulang keesokan harinya sekitar pukul 10.00 WIB Pagi. Ikan hasil memancing kemudian dia jual kepada tauke (penampung).

"Kite tengok cuaca lah, kalau angin kencang kita tak turun laut. Tapi kalau tenang, saya dan bapak pegi mancing. Berangkat malam sampai pagi baru pulang," pungkas Mak Yah.

Mapur dan kelong adalah dua perairan tempat Mak Yah dan suaminya memburu ikan. Disini terdapat berbagai jenis ikan, seperti ikan krapu, ikan sono, ikan karang, ikan putih dan lain-lain.

Camat Bintan Pesisir Syaiful Ikhwan menggantungkan asanya pada gagasan pemekaran. Dia berharap dari pemekaran tersebut akan memperpendek rentang kendali dalam pelayanan masyarakat. Sehingga kedepannya pendataan jumlah penduduk miskin bisa terakomodir dan progam wajar (wajib belajar) 9 tahun bisa segera teratasi.

"Kita baru dimekarkan sekitar 5 bulan lalu, dan pelan-pelan akan kita benahi. Memang disini sekitar 60 persen anak-anak pada putus sekolah karena terbentur transportasi, biaya dan prasarana sekolah. Disini hanya ada SD, sementara SMP adanya di Kelong. Meski demikian, Bupati dan Wakil Bupati sudah sering kemari dan memberikan sejumlah bantuan. Mudah-mudahan aja daerah ini dapat bantuan program percepatan desa tertinggal dari Provinsi Kepri," kata Syaiful*****

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...