Saya bersama tiga teman sekantor, sebut saja Ade,
Andre dan Iwan, di Natuna berkenalan dengan
Bintang. Seorang polisi berpangkat Aiptu asal Bangkinang, Riau yang sedang
ditugaskan disana. Bintang adalah salah satu anggota Korp Kepolisian yang memiliki
jiwa wirausaha. Jiwa enterpreneurnya mendorong ia membangun sebuah cafe yang
terletak di pinggir pantai di Desa Limau Manis. Lokasi café milik Bintang nyaman,
aman dan menentramkan. Posisinya juga strategis, karena berada dipinggir jalan
besar.
Yang membuat sedikit unik, cafe itu diberi nama AK 47.
Ak 47 sendiri merupakan nama anak
pertamanya, lengkapnya Ak Empat Tujuh Kalashnikova. Untuk nama seorang anak, Ak
Empat Tujuh jelas sebuah nama yang nyentrik, unik dan menggelitik. Bahkan kini
dijadikan ikon cafe yang mulai dia rintis itu.
Sejatinya AK 47 Kaleshnikova merupakan senja serbu buatan Rusia yang yang dirancang oleh pria bernama Mikhail
Kalashnikova. Senjata ini banyak digunakan oleh Negara-negara yang berada di
Blok Timut, termasuk Indonesia.
Bintang punya alasan memilih nama AK Empat Tujuh Kalasnikova
untuk anak pertamanya. Pertama, Natuna kini telah menjadi pangkalan TNI untuk wilayah
Utara. Kira-kira dengan nama itu, menandakan jika anaknya akan dikenal sebagai anak
dari anggota militer, walau nyatanya anak dari seorang anggota polisi. Kedua,
di sekolah biasanya anak-anak dikenal karena kepintarannya, kebodohannya,
kenakalannya dan kadang karena namanya. Nah, Dengan nama yang nyentrik AK Empat
Tujuh Collesnicov, setidaknya anak Pak Bintang sudah menang satu langkah untuk
menjadi terkenal di sekolahnya kelak. Hehe. Bisa aja ente bro !?.
Siang itu, setelah shalat Jumat, saya dan teman-teman sudah
janji makan siang di cafe AK 47. Bintang dan istrinya akan menyediakan menu
special untuk kami. Makanan special yang dimaksud adalah asam pedas ikan kakap
merah. Baru saja dia sebut asam pedas, langsung terbayang nikmatnya masakan dengan
kuah berwarna kemerah-merahan dengan ikan yang segar itu. Namanya juga asam
pedas, tentu rasanya perpaduan antara asam dan pedas. Beuuh, kebayang nikmatnya kan?.
Kami memilih shalat Jumat di masjid Agung Natuna.
Masjid yang besar, megah dan tampak mewah dan telah menjadi salah satu ikon
Kabupaten Natuna. Masjid ini dibangun pada masa dipimpin oleh Bupati Daeng
Rusnadi. Disebut juga sebagai Masjid Gerbang Utaraku. Berada dibawah kaki gunung Ranai yang gagah seolah
sedang menaungi Natuna. Jalan masuk menuju Masjid dibikin dua arah, Jarak dari
masjid ke jalan utama sekitar 500 meter. Ada kolam yang memisahkan jalan keluar
dan masuk. Hampir mirip dengan masjid Tajmahal di India. Meskipun aku belum
pernah ke Tajmahal, namun dari gambar dan berita, seperti itulah kira-kira hihi.
Sayangnya Masjid Agung Natuna cenderung kurang terawat.
Kebesaran dan kemegahannya terasa hampa, karena kurang termanfaatkan dengan
maksimal oleh masyarakat setempat. Kolam yang memisahkan jalan keluar dan masuk
ke masjid sudah ditumbuhi rerumputan dan
airnya yang menggenanginya pun kotor dan nyaris kering. Ironisnya, saat malam
tiba, kawasan ini beralih fungsi, sering menjadi tempat nongkrong anak-anak
muda. Dan tak jarang dari mereka menggunakannnya untuk tempat bermadu kasih. Lampu
jalan banyak yang tak berfungsi, hal itu membuat suasana jalan keluar-masuk
masjid menjadi remang-remang dan nyaman untuk muda-mudi berpacaran.
Selesai shalat Jumat, kami merampungkan niat,
menyelesaikan hajat. Menyantap asap pedas yang nikmat, masakan yang diracik
dengan bumbu-bumbu pilihan khas Natuna. Tentu saja dimasak oleh Bintang dan
istrinya di café AK 47.
Cafe AK 47 diteduhi rerimbunan pepohonan kelapa. Waktu
menunjukkan jam 14.00 WIB. Sinar Matahari menusuk-nusuk dari sela- rerimbunan dedaunan,
ikut menjilati hidangan yang sangat menggoda selera. Kami makan, bercerita dan
tertawa. Kami lupa jika keberadaan kami di Natuna sebenarnya karena sedang
terdampar, karena tidak ada transportasi yang bisa mengantarkan kami pulang ke
Tanjungpinang. Kami ingat itu, dan kami tertawa lagi. Apapun yang terjadi, kami
sangat menikmati suasana Natuna. Pantai, pohon kelapa, batu besar, laut, masjid
Agung, kerupuk atom, tongkol asap dan apa saja yang kami temui di Nauna menjadi
sebuah cerita. Cerita yang langka. Cerita yang sekaligus bahan informasi baru
untuk saudara, teman dan orang-orang yang membaca ini. Bahwa Natuna yang berada
di ujung Utara Indonesia menyimpan banyak cerita.
Kalian harus kesana, menikmati semua yang kami
nikmati. Dan untuk para pecinta mancing, Natuna juga menjadi destinasi yang
luar biasa untuk para pemancing loh. Begitu banyak farietas ikan di sana,
seperti ikan merah, ikan kaci, ikan putih, bulat, kerapu dan sebagainya masih
banyak di Natuna. Saking banyaknya, hingga memancing para nelayan Negara asing untuk
mengais rezeki di laut Natuna secara illegal. Namun kini para nelayan Asing itu
sudah dilarang masuk karena meresahkan nelayan local yang ketakutan karena
kalah dengan kondisi perlengkapan melautnya.
Sebagai garda terdepan Indonesia, kini Natuna jadi
Basis Militer. Disini akan dibangun markas TNI, puluhan ribu prajurit TNI akan
di markaskan di Natuna, guna menjaga kawasan laut Natuna. Apalagi saat ini sedang
hangat-hangatnya jika Laut Natuna, yang dulunya bernama Laut China Selasan,
kini mulai diklaim oleh Pemerintah China, bahwa laut China Selatan adalah
bagian dari wilayahnya. Maka dari itu, mari kita semua, para penulis dan
pembawa berita, dimanapun anda berada. Selalulah menyebut laut di Natuna sebagai
LAUT NATUNA dan jangan pernah lagi menyebut Laut China Selatan. Karena,
kenyataannya kawasan laut itu memang bagian dari NKRI. Hidup NKRI!. NKRI harga
Mati!!. (***)
No comments:
Post a Comment