Thursday 9 November 2017

Room 9004

Kubuka tirai jendela Kamar hotel nomor 9004 yang tidak terlalu mewah di lantai lima itu pelan-pelan. Aku melihat gedung-gedung sombong tegak lagak menantang para pendatang yang baru coba-coba untuk mengadu nasib di Ibukota Jakata. Di sudut lainnya banyak sekali kendaraan berlalu lalang disana. Suara klakson bersahut-sahutan, semrawut, semua ingin jalan duluan dan cenderung banyak yang mengindahkan peraturan lalu lintas.

Dipinggir jalan yang padat terhampar sungai dengan air berwarna coklat. Beberapa jenis sampah mengalir mengikuti arus. Tidak terlalu banyak memang, namun sampah-samah itu jelas menggangu pandangan mata, karena Jakarta adalah Ibukotanya seluruh Indonesia. Ibukota merupakan ruang tamu, dan eksistensi ruang tamu adalah sebagai lambang kewibawaan sebuah bangsa. Jika ruang tamunya kotor, selalu ribut dan semrawut, maka Dunia akan memandang Indonesia seluruhnya sama. Sebagai anak bangsa tentu tidak terima jika Negara kita dipandang sebagai negara yang semrawut, kotor dan sering ribut. Apalagi sampai di cap sebagai sarangnya para teroris. Jelas itu sebuah tuduhan ngawur yang tak mendasar.

Dari ketinggian jendela kamar 9004 aku melihat lagi gedung-gedung tinggi yang berlomba menggapai-gapai langit, bersaing untuk menjadi yang terkuat dan terhebat  di Jakarta. Aku merasa sangat kecil diantara himpitan gedung-gedung itu serta gegap gempitanya Kota Jakarta. Namun aku juga melihat orang-orang dibawah sana sangat kecil dimataku. Ah, lebih baik aku merasa sangat kecil diketinggian ini, daripada aku memandang orang-orang dibawah sana yang kecil. Sikap itu hanya akan menjadikan aku makhluk sombong seperti gedung-gedung sok agung itu.

Kututup tirai kamr. Kunyalakan TV yang menjadi salah satu fasilitas di kamar hotel. Berita, ya berita yang aku cari. Beberapa TV menayangkan berita tentang kejahatan social. Tentang orang-orang lapar yang kemudian mengambil jalan singkat mendapatkan uang dengan mencuri helm disebuah kampus. Lalu si pencuri helm tertangkap dan digebukin massa, lalu diamankan oleh polisi.
Berita lainnya, disebuah perkampungan kumuh, seorang remaja tega membunuh pamannya sendiri karena dituduh mencuri HP milik pamannya. Pemuda itu kemudian ditangkap polisi.

Bosan dengan berita-berita kejahatan sosial yang hanya disebabkan oleh perut yang lapar, akhirnya ku ganti saluran TV. Kali ini aku saksikan kasus korupsi e-KTP yang mengakibatkan kerugian Negara triliunan rupiah. Kasus ini melibatkan ketua DPR RI Setya Novanto sebagai tersangkanya. KPK sangat yakin dengan berbagai macam bukti jika ketua DPR RI itu terlibat dan bahkan menjadi dalang utama di kasus ini.

Namun berita hari itu memberitahukan jika tuduhan KPK terhadap ketua DPR RI dimentahkan oleh hakim yang memimpin sidang Praperadilan kasus tersebut. Ketua DPR RI itu bebas dan tampak gambarnya sedang tersenyum sambil melambaikan tangan ke kamera.

Beberapa hari seblum diputuskan bebas dari tudukhan KPK, ketua DPR RI tampak diberitakan sedang dirawat di rumah sakit. Lengkap dengan berbagai jenis selang yang menghiasi tubuhnya.

Entahlah. Apakah ketua DPR RI benar-benar tidak bersalah. Atau betul seperti yang disebutkan di berita lainnya, jika sebenarnya ketua DPR RI memang terlibat dalam kasus korupsi e-KTP ini. Hanya saja dengan kemampuan finansialnya, lalu dia mampu membeli hukum di negeri ini. 

No comment!. Cukup nonton saja. Tiak perlu ikut terprovokasi dengan pemberitaan. Berita-brita yang ada cenderung sudah ternodai dengan banyak kepentingan. Dan kepentingan yang terekspose terkadang cenderung untuk golongan atau kelompok tertentu. Pengamat berita harus cerdas, harus bisa mengulas dan tidak boleh malas mengupas secara menyeluruh dari segala sisi.

Akhirnya mataku terasa sangat berat. Ngantuk tak tertahankan. Kubenamkan mukakuu kedalam bantal putih. Kuhapus pengaruh berita-berita itu. Tidak kapasitasku menghakimi berita, apalagi menghakimi salah dan benar atas orang yang dianggap salah di berita itu. Untuk mengiringi tidurku, kuubah saluran TV, hingga kutemukan tayangan full music. Aku pulas diiringi lagu-lagu ceria dan cinta dan bermimpi indah.(***)

No comments:

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...