Tuesday 5 August 2008

Cerita Ini Cukup Kita yang Tau ya....

Oleh: Basoruddin Subandi

Aku ingin tertawa jika ingat kejadian malam itu. Kakiku yang masih dalam keadaan sakit dipaksa ikut jalan-jalan oleh Fahmi dan Zainuddin. Mereka sahabat aku ketika masih sekolah di Darunnajah, Jakarta. Waktu itu kakiku keseleo dan benar-benar susah untuk berjalan, karena baru jatuh dari ketinggian sekitar 10 meter saat sedang kegiatan lintas alam dalam sebuah aktifitas kepramukaan.

Setengah terpaksa waktu itu aku ikut kedua bocah yang gemar keluyuran malam itu. Ciputat adalah tujuan kami, dan billiar merupakan permainan yang sama-sama kami gemari, tapi tidak saat kakiku dalam keadaan sakit.

Setelah puas menghajar bola-bola segenggaman orang dewasa diatas meja hijau disebuah pusat permainan billiar, kemudian perut kami sama-sama terasa lapar. Dengan terpincang-pincang aku menyusuri trotoar jalan mengikuti langkah Fahmi dan Zainudin. Famhi dan Zainuddin bukannya prihatin, malah menertawai cara jalanku. Tapi, kadang-kadang mereka membantu , terutama ketika aku mau nyebrang jalan.

Singkat cerita, kami bertiga menemukan tukang jual nasi goreng. Namanya Udin, orang-orang memanggilnya Mang Udin berasal dari Jawa Barat. Dia sangat ramah dan senang bercerita. Waktu itu dia cerita panjang lebar tentang kemolekan gadis-gadis di Jawa Barat. Kami bertiga yang sama-sama pendatangi, masing-maign aku dari Kepulauan Riau, Fahmi dari Medan dan Zainuddin dari Palembang senang mendengar cerita Mang Udin itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB. Biarpun sudah larut malam, tapi Kota Jakarta tidak pernah sepi. Bahkan jam segitu, beberapa pick up tampak sudah mulai berlalu-lalang mengangkut sayur-mayur yang akan dijual di pasar Ciputat.

Cerita mang Udin tentang gadis-gadis Jawa Barat yang katanya aduhai menusuk-nusuk pikiran kami, seiring hembusan angin malam yang merasuk ke pori-pori dan membekukan akal sehat.

Zainuddin tampak menyilangkan kedua tangan didadanya, sementara Fahmi mengempit erat-erat kedua tangan dengan kedua pahanya. Dan aku masih mengelus-elus kakiku yang semakin ngilu karena angin malam yang semakin terasa dingin.

Mata Zainuddin tiba-tiba menatap lurus tak berkedip sambil tersenyum-senyum. Tingkahnya memancing aku dan Fahmi untuk ikut melihat kemana Zainuddin mengarahkan pandangannya.

Kami sama-sama melihat seorang wanita. Bagiku, dia sangat seksi dari kejauhan. Rambutnya panjang bergelombang, kulitnya putih. Tubuhnya yang semampai dibalut t-shirt pres body berwarna hitam. Sementara dibagian bawah hanya ditutupi sebuah rok jeans yang sangat pendek, bahkan nyaris terlihat bagian 'dapur'-nya.

Zainuddin yang sebelumnya mendekap erat tubuhnya dengan kedua tangannya, dan Fahmi yang selalu mengepit kedua tangannya spontan berdiri dengan gaya caper alias cari perhatian.

"Suiiiiit,,suiiit.....Cewek!!," panggil Zanuddin.
"Godain kita dong!!," timpal Fahmi.

Aku memilih diam, karena kurang PD alias Pecaya Diri dengan keadaan kakiku yang pengkor. Sementara, Zainuddin dan Fahmi saling bergantian mengeluarkan segala jurus pamungkasya yang dibawa dari Sumatera untuk berusaha meluluhkan sosok aduhai itu. Dengan sepatu hak tinggi, makhluk malam itu semakin tampak sempurna adanya.

Bukannya jual mahal. Karena merasa ada yang mengggoda wanita itu justru mendekati kami bertiga, bahkan berempat dengan Mang Udin yang sedang sibuk membereskan piring bekas makan kami.

Aku ikut berdiri saat melihat wanita itu mendekat. Namun aku merasa ada yang tidak beres saat sosok yang kami kira wanita itu mulai menyeberang jalan menuju tempat kami.

Dari gayanya aku yakin dia bukan wanita sungguhan, melainkan wanita jadi-jadian alias waria. Zainuddin belum menydari hal itu, begitu juga dengan Fahmi. Pikiran kedua sahabat ku itu sepertinya sedang dibayang-bayangi gadis-gadis Jawa Barat ala cerita Mang Udin. Akupun mulai melangkah menghindar. Percuma mengingatkan mereka, karena sudah terlambat.

Benar dugaannku, dia memang wanita jadi-jadian. Aku semakin yakin ketika dia mengeluarkan kata-kata.

"Maas,, manggil saya ya. Siapa tadi yang manggil!?," tanya waria itu dengan nada dan gaya yang kemayu.

Aku tidak bisa berkata apa-apa, kecuali melihat Fahmi dan Zainuddin yang saling beradu pandang seolah saling menyalahkan. Kemudian, seperti memberi isyarat sebuah aba-aba, Fahmi dan Zainuddin serentak berteriak.

"Bencooooooong!!," kemudian keduanya lari tunggang-langgang.

Dengan spontan, aku juga ikut lari kedua sahabatku itu. Kakiku yang semula terasa sakit, ngilu dan terasa mau patah, tidak terasa lagi saat. Bahkan sebatang kayu yang sempat kujadikan tongkat, entah kulempar kemana.

Merasa kami lecehkan, ciptaan Tuhan berbodi wanita dan berperabot pria itu tampak kesal. Awalnya kami lihat dia megejar sambil mengumpat habis kami bertiga. Namun karena kami sedang dihantui rasa takut yang mendalam, sehingga, jangankan seorang bencong, sprinter kaliber dunia sekalipun mungkin tidak akan mampu mengejar kami saat itu.

Nafas kami tersengal-sengal. Kami istirahat disebuah mushalla setelah yakin tidak ada yang mengejar. Kemudian kami beradu pandang dan saling menertawai satu sama lain. Sekaligus heran dengan kondisi kakiku yang sehat seketika.

"Cerita ini cukup kita yang tau ya," kata Zainuddin tiba-tiba membuka kata-kata sambil menahan tawa. Fahmi justru tertawa mendengar ucapan Zainuddin itu.

"Mang Udin tau bego," katanya. Kemudian kami bertiga tertawa terpingkal-pingkal bersama sampai membangunkan seorang gelandangan yang tidur di Mushalla itu.***

5 comments:

Anonymous said...

BABO... BABO...
masih aje lu inget yang begituan? malu ma umur dung? jgan buka2 ayib kite2 dung?
jkajakajakjakaaa.... tapi kalo gw inget seh ... mang jaman2 jahiliah itu bener2 yah? plong banget rasanya, maunye jln2 mulu senang2 maen, selalu bercanda tak habis2nya... tidak bisa terlupakan bo.... jadi kenangan...

thx
fahmie

Muhammad Dwi Nanto said...

pa. cerita anda bikin i sakit perut menertawainya. hiii...ho.ho..haaa..haaaaaa....
pengalaman kapan itu pak n latar belakang ceritanya jaman jadul dulunya waktu ente masih demam kul



thx.
dwi

D' TaDi said...

Kisah ini memang membuat aku selalu tersenyum2 sendiri jika ingat...Darah remaja selalu mengalir saat itu..maunya maiiiin terus!...tak peduli kondisi fisik lagi sakit....akhirnya kami kena batunya,,fahmi, zainuddin dan mang Udin adalah saksi hidup cerita .....Tapi bencong yang mengejar kami itu sampai sekarang mungkin nyumpahin kami agar cepat mati hahahahahahaha!!!....Maaf ya cong,, bukannya apa, kami betiga bener-bener normal 100.000 %%%..

Anonymous said...

Salam kenal bung,
ha..ha...ha...sekarang aku ikutan tau, tapi ntar jangan kasih tau siapa2 ya...

D' TaDi said...

Salam kena kembali joe..buat kamu dan siapa aja yang udah tau, diem-diem aja ya..jangan kasih tau siapa-siapa, hahahahahahaha

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...