Monday 27 October 2008

Layang-Layang

Pembaca yang budiman, budiawan dan budi anak ibunya?! hehe. Sekedar iseng, dalam tulisan kali ini penulis igin mengangkat tema sederhana, yakni 'layang-layang'. Pembaca pasti tahu dan bahkan sebagian besar pernah mempermainkannya. Waktu masih kecil, layang-layang merupakan permainan faforit saya, bahkan sampai sekarang saya masih menyukainya walau sudah jarang memainkannya.

sejak saya kecil, layang-layang sudah diperjual belikan. Namun masih jarang sekali dan harganya juga tidak murah. Saya memilih membikin sendiri waktu itu. Toh bahan-bahannya juga gampang diperoleh kok. Hanya dua batang bambu, benang dan kertas atau bisa juga pakai plastik. Pembaca juga pasti bisa kan???.
Namun yang ingin penulis kemukakan disini kepada pembaca bukan masalah gampang atau rumitya membuat layang-layang. Melainkan penulis ingin mengangkat nilai filosofis dari layang-layang itu sediri. Hal ini menjadi cukup menarik manakala kita kaitkan filosofis layang-layangg ini dengan perilaku dan kebiasaan remaja jaman sekarang yang cenderung memilih barang yang serab instan saja ketimbang harus mau merasakan sedikit susah terlebih dahulu.

Pembaca yang jujur, mujur dan selalu bersukur?! . Sadarkah anda. Ternyata saat ini telah terjadi pergeseran nilai yang cukup besar sekali disekitar kehidupan kita. Contoh ini cukup kita pandang dari sisi layang-layang saja. Dan kalo mau, pembaca bisa juga kok memandangnya dari sudut yang lain. Penulis hafal betul lagu 'Layang-Layang'. Begini lagunya..

Kuambil buluh sebatang.
Kupotong sama panjang.
kuraut dan kupintal dengan benang.
Kujadikan layang-layang.
Bermain,,berlari,,
Bermain layang-layang.
Bermain kubawa ke tanah lapang..
Hati Gembira dan riang..

Saat kita membuat layang-layang. Secara tidak langsung, saat itulah kita telah diajari bagaimana mengukur kesabaran dan keseimbangan hidup kita sendiri. Tanpa keseimbangan layang-layag tidak akan dapat terbang dengan sempurna. Makanya, kita harus sabar saat meraut arku-nya. Antara sayap kanan dan kiri harus sama. Tidak ada yang lebih berat atau lebih ringan.

Pembaca yang terhormat, karena saya memang sangat menghormati pembaca semua. Beruntunglah bagi pembaca yang tidak pernah menjadi anak manja atau dimanjakan orang tua. Namun kasihan sekali bagi pembaca yang masa kecilnya tidak bahagia hehe. Maksud saya, tidak dimanja itu bukan berarti sengsara. Atau kesengsaraan bukan timbul karena tidak pernah jadi anak manja.

Jaman sekarang, para remaja sepertinya sudah malas untuk membuat layang-layang sendiri. Dan yang membuat mereka malas lantaran terlalu banyaknya layang-layang yang diperjual belikan dipinggir jalan, dan dengan harga yang murah pula.

Pembaca yang baik hati. Pengaruh gloalisasi, kemajuan teknologi serta perkembangan ekonomi jika tidak diimbangi dengan kesiapan mental generasinya justru akan berdampak negatif kedepannya. Bangsa kita bisa-bisa kehabisan generasi. Kehabisan generasi yang bisa menjaga keseimbagan hidup dan kehidupan.

Wah bahaya kan. Para orang tua mestinya jangan menganggap remeh hal ini. Jangan terlalu memanjakan anak, demi menjaga stabilitas generasi. Demi menjaga keseimbangan hidup dan demi masa depan anaknya sendiri. Jangan membunuh kreatifitas anak dengan memanjakannya...

No comments:

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...