Sunday 12 October 2008

Cariyah Pun Hilang Keceriaannya (Cerita TKW)

Miris nian nasib Cariyah. Bungsu dari 5 bersaudara kelahiran Cirebon 10 Juli 1977 ini awalnya ingin sekali membahagiakan keluarganya di kapung halaman dengan memberanikan diri menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) sebagai Pembantu Rumah Rangga (PRT) di Malaysia.

Mei 2008 Cariah berangkat ke negeri Jiran tersebut setelah selama 3 bulan diberi bimbingan oleh sebuah penyalur jasa TKI yang ada di Tanjungpinang. Betapa senangnya diaketika itu, dibenaknya langsung tergambar kibaran pecahan uang kertas ringgit sebesar RM450 atau sekita Rp1,5 juta untuk gajinya setiap bulan. Percis seperti yang dijanjikan majikan yang kabarnya orang Melayu. Apalgi, sebelum berangkat, Cariyah dijanjikan hanya akan dipekerjakan sebagai penjaga 'orang tua', cuci piring dan membersihkan lantai saja.
Untung tak didapat, malang justru bertubi-tubi menghammpiri. Semenjak baru kerja di Malaysia Cariyah sudah mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari Majikannya. Hanya karena kurang puas dengan pekerjaan yang dilakukan, bertubi-tubi pukulan mendarat ditubuh wanita berambut ikal ini. Tangan, kaki, perut, tengkuk bahkan kepala menjadi sasaran amarah majikannya.
"Saya pernah dipukul pakai tangkai sapu dibagian punggung. Kemudian saya pernah juga dipukul pakai pecut anjing di tangan kiri sampai berbekas. Nggak hanya itu, sampai sekarang diperut saya juga ada bekas pukulan, dan kepala saya sampai sekarang terasa sakit karena sering dijedot-jedotkan ke tembok," aku Cariyah yang dipulangkan dari KBRI pada Juli lalu.
Cariayah pun keika itu langsung ditampung di Shelter Engku Putri Batu 10 Tanjungpinang. Berulangkali Cariyah memegangi tengkuk dan beberapa bagian tubuh lainnya yang masih sakit dia rasakan akibat dianiyaya majikan. Entah sudah berapa banyak pukulan yang diterimannya selama sebulan di negeri Jiran, hingga akhirnya dia tak tahan. Akibat berulangkali mendapat pukulan di bagian kepala dan tengkuk, Cariyah pun tampak sedikit mengalami gangguan mental.
Dia terlihat trauma dan tampak ingin sekali menumpahkan segala isi hatinya kepada semua orang. Dia juga mengaku pernah jatuh dari tangga rumah majikannya akibat kurang konsentrasi saat berjalan menyusuri tangga, karena selama dua hai tidak dibei makan apa-apa. Tidak tahan diperlakukan kasar layaknya bukan manusia, Cariyah kemudian meminta kepada majikannya agar dicarikan majikan lain. Namun, sang majikan justru tambah marah dan Cariyah kembali menerima pukulan yang kesekian kalinya.
"Akhirnya saya dipulangkan kepada agen dengan alasan, saya tidak becus bekerja. Oleh agen kemudian saya diantar ke Tanjungpinang untuk diserahkan kepada tekong yang menampung saya. Gaji saya seharusnya Rp1,5 juta selama sebulan bekerja tidak dibayar sepeserpun oleh majikan. Tapi tidak mengapa, saya ikhlas karena senang bisa lepas dari mereka," kata Cariyah yang tak sekalipun memperlihatkan senyumnya, meski hanya sekedar basa-basi.
Cariyah berharap di Tanjungpinang akan ada orang yang mau menampung keluh kesahnya selama sebulan jadi PRT di Malaysia. Apalgi, selama sebulan 'tak seharipun dia tidak merasakan pukulan dan mendengarkan makian has majikannya.
"Setelah sampai di Penampungan, ternyata tidak ada satu orang pun yang percaya cerita saya. Saya malah dibilang mengada-ada. Bahkan, entah kenapa selama di penampungan (rumah tekong-red) saya juga sering menerima perlakuan kasar, seperti dipukul dan di tampar, dan saya merasa diterlantarkan" cerita Cariyah.
Tidak tahan dengan perlakuan kasar selama di penampungan yang terletak di Batu 3, Cariyah berusaha melaporkan nasibnya kepihak berwajib, kantor polisi Bukit Bestari. Namun usaha melaporkan ke polisi juga dia rasakan sia-sia, karena laporannya tidak ditanggapi dengan serius.
"Saya pernah melapor ke kantor polisi di Batu 3. Saya lupa siapa yang menerima, tapi saya ingat orangnya. Laporan saya tidak ditanggapi sama dia," keluh Cariyah.
Sekitar seminggu di penampungan setelah pulang dari Malaysia, Cariyah yang tidak tahan akhirnya bertemu seorang teman. Setelah menceitakan seluruh keluh kesah yang dirasakannya, akhirnya oleh temannya tersebut Cariyah kemudian diantar ke pelabuhan Kijang untuk pulang ke kampung halaman. Namun niatnya langsung puang gagal, karena tidak sepeserpun Cariyah memegang uang untuk membeli tiket kapal. Sedangkan temannya juga bernasib sama.
"Saya bingung sekali. Di Kijang saya juga terlantar, karena tidak punya uang untuk membeli makan, apalagi tiket. Akhirnya oleh teman saya, saya diantar ke rumah singgah Batu 10. Disini saya menceitakan semua kejadian yang saya alami kepada ibu asrama. Saya nggak kuat mas. Saya ini salah apa. Kenapa semua orang membenci saya," ceitanya.
Karena tidak memiliki teman curhat, Caiyah sering menuliskan kisah hidupnya di lembaran-lembaran buku tulis. Entah sudah berapa banyak tulisan yang dia buat. Isinya tentang kesusahan hidupnya, termasuk didalamnya tercatat beberapa nama yang telah menyakitinya atau menerlantarkannya, baik saat berada di Malaysia maupun di penampungan Tanjungpinang.
Bentuk tulisannya kurang bagus namun bisa dibaca. Untuk memahaminya butuh ketelitian. Kombinasi bentuk dan ketebalan tulisan tanganya menandakan ada yang mengganjal dihatinya dan belum terluapkan. Atas pengalamanya tesebut, Cariyah pun mengaku kapok menjadi TKW lagi. Dia memilih untuk kembali ke kampung halaman dan membantu ibu dan bapaknya menanam padi di sawah.

No comments:

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...