Friday 7 November 2008

'The True Hero' Tidak 'Narsis'

Pembaca sekalian yang cukup cerdas. Sudah tahu bukan? Tanggal 10 November merupakan hari Pahlawan Nasional. Apa ada yang lupa? Mudah-mudahan tidak ya. Atau barangkali ada yang sengaja melupakannya? Uh..Keterlaluan sekali jika ada. Bukankan ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang selalu mengenang jasa Para Pahlawannya?.. Terimakasih anda telah melakukan sebuah 'anggukan universal' tanda setuju dengan pernyataan penulis.
Penulis hanya ingin sedikit mengulas tentang pahlawan sejati atau 'the true hero' dihari yang besejarah itu. Sekaligus mengajak segenap pembaca agar bersedia mengomentarinya. Atau bisa juga memberikan saran, kritikan atau masukan. Tentunya saran dan kritikan itu untuk orang-
orang yang beragsur lupa dan melupakan para pahlawannya dan cenderung memproklamirkan dii sebagai pahlawan. Durhaka!!.


Disadari ataupun tidak, beberapa tahun ini nama-nama 'the true hero' seperti sosok Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Jenderal Soedirman, Cik Di Tiro, Pangeran Hasanuddin, Raja Ali Haji dan sederet nama Pahlawan Nasional lainnya berangsur tenggelam. Mereka karam diterjang gelombang globalisasi yang mengobrak-abrik mental, moral dan rasa peduli anak
bangsa terhadap bangsanya sendiri. Tragis !!.


Kini nama Van Dame, Jet lee, Bruce Lee, Jacky Chane, Inul, Dewi Persik dan lainnya justru lebih tenar dan lebih dikenal dikalangan anak-anak. Tidak hanya itu, bahkan tidak sedikit siswa SD yang tidak tahu nama orang tuanya sendiri. Sementara hampir seluruh nama bintang
sinetron dihafalnya. Lucu bukan??


Seiring perjalanan waktu yang diiringi dahsyatnya riak gelombang kehidupan, serta semakin pesatnya perkembangan teknologi. Hal diatas tidak lagi menjadi persoalan tunggal yang harus dientaskan. Belakangan justru muncul masalah baru. Yang mana bak cendawan di musim hujan pahlawan-pahlawan narsis seketika bermunculan. Mereka berteriak atas nama bangsa dan negara untuk mendulang pundi-pundi emas guna mengisi kantong pribadi dan membesarkan namannya. Yang seperti ini, penulis cenderung menilai sebagai perampok yang memanfaatkan kesempatan ditengah kesemrawutan.

The true hero tidak pernah mengaku pahlawan. Bekerja tanpa pamrih, berbagi tanpa berharap imbalan, membagikan sembako bukan karena minta dipilih serta tidak perhitungan dalam berjuang. Yang jelas, Pahlawan sejati tidak Narsis.

Pahlawan sejati dihormati bukan karena lebih tua. Pahlawan sejati disegani bukan karena kepahlawanannya. Pahlawan sejati disanjung bukan karena harta. Tapi, karena jasanya untuk masyarakat secara menyeluruh. Bukan kelompok, bukan golongan dan bukan pula karena harta dan jabatan. Pahlawan sejati berani menentang kebatilan, bukan mendukung kemungkaran. Pahlawan sejati rela berkorban darah dan nyawa.

Sementara, pahlawan narsis cenderung senang mengampu dan lebih senang jika disanjung. Pahlawan Narsis lebih suka mencari aman dengan membiarkan kemungkaran dan kebatilan terjadi disekitarnya. Pada dasarnya pahlawan narsis tidak peduli dengan rakyat, tapi selalu minta dipedulikan oleh rakyatnya.

Mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini bisa menyadarkan kita semua yang lupa jika sedang diperdaya?? Makanya mulai sekarang kenalilah para pahlawan-pahlawan itu.Jangan lupakan Pahlawan Sejati. Tingalkan Pahlawan Narsis. Percaya pada diri sendiri bahwa pahlawan narsis tidak lebih baik dari kita semua...

2 comments:

Citra Pandiangan said...

mantap neh... pahlawan sapa aja yang diingat bos satu ini ya? --hehe--

D' TaDi said...

kebetulan yang gwe inget cuma pahlawan yang tidak dikenal doang cit..hehehe...

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...