Friday 21 November 2008

Menjemput Cucu.......

Pak Tua tampak memaksa motor butunya dipacu sampai keluar asap hitam. Dia mengejar waktu yang tidak bisa diajak komfromi. Suara mesin motor china (mochin) keluaran tahun 2000 warna merah yang dia kendarai meraung-raung minta ampun. Suaranya terdengar lebih kencang dibanding kecepatannya yang tidak lebih 40 kilometer per jam, meski sudah di gas sampai pol alias mentok.

Rambut dan jambang putih yang tidak terawat menjadikan performennya tampak abstak hari itu. Ditambah lagi body motornya yang dipenuhi lumpur karena sudah lama tidak dicuci. Velgnya karatan dan kaca sepionnya hanya tinggal kerangka.

Orang-orang memanggilnya Pak Tua, dan entah siapa nama sebenarnya. Tak satupun oang yang tau, termasuk anaknya sendiri. Suara mesin motornya terus meraung-raung dan asap hitam mengepul hebat seperti ceobong asap pabrik batu bata. Namun Pak Tua tidak mempedulikannya.

Cilaka!! Mesin Motor Pak Tua tiba-tiba mati tanpa diketahui penyebabnya. Dengan tergopoh-gopoh Pak Tua segera menepikan rongsokan yang dikendarainya itu. Dipandanginya sekejap busi dan beberapa panel kabel disekitar mesin, termasuk kaburatornya. Namun dia menganggap tidak ada masalah dengan perkakas disekita sana. Langkah berikutnya Pak Tua membuka tanky tempat bensin. Dan tenyata benar dugaannya, bensin di tanki itu sudah tidak ada sama sekali. Kering kerontang seperti sisa-sisa lumpur yang menempel di velg kedua roda motornya.

Pak Tua sadar, dia telah mendapat musibah diwaktu yang tidak tepat dan ditempat yang kurang menguntungkan pula. Posisinya jauh dari keramaian. Tidak ada satupun penjual bensin eceran yang terihat disekitar itu. Sementara dia harus segera menjemput cucunya yang duduk disekolah TK Harapan yang jaraknya masih harus dia tempuh sekitar 4 kilometer lagi. Dan satu-satunya solusi, Pak Tua harus mendorong rongsokannya, sambil berharap bertemu penjual bensin eceran dalam perjalanan.

Diliriknya sebuah arloji lawas ditangan kirinnya. Waktu menunjukkan pukul 10.20 WIB, matahai sudah mulai menyengat. Cucunya keluar kelas pukul 10.30 WIB. Masih ada 10 menit untuk sampai tujuan, pikir Pak Tua. Namun, tidak mungkin terkejar jika ditempuh dengan jalan kaki. Tidak ada pilihan, pak tua pun pasrah dan tetap mendorong motonya sambil sesekali menyeka keringat yang meleleh dikeningnya.

"Tiiiiiin..tiiiiiiiiin..," tiba tiba pak tua dikagetkan dengan suara klakson mobil. Segera Pak Tua menoleh kebelakang. Dilihatnya sebuah mobil escudo putih menepi dan mendekatinya. Namun Pak Tua belum kenal, siapa orang yang bersembunyi dibalik kaca ribend mobil mulus itu. Pak Tua baru menyunggingkan senyumnya tatkala kaca pintu mobil diturunkan.

"Kenapa motornya pak," kata orang didalam mobil yang tak lain adalah Bono. Keduanya penah saling bertetangga, sebelum Pak Tua diusir dari kontrakan lamanya karena telat bayar.
"Ini mas Bono. Motor saya habis bensin. Mau beli, tapi disekitar sini nggak ada yang jual," ujar Pak Tua.
"Jadi bapak mau dorong motor ini,"
"Abis mau bagaimanalagi pak,"
"Tunggu sebentar pak," Bono lalu keluar dari mobilnya dan berlari menuju rumah terdekat yang dia lihat. Dalam waktu sekejab, Bono sudah kembali lagi dengan membawa seutas selang pulih kecil dan panjangnya sekita 1,5 meter.
"Saya sedotkan bensin dari mobil saya dulu ya pak. Yang penting bapak nggak mendoong," kata Bono.
"Wah terimakasih sekali kalo gitu mas. Untung ada mas Bono," kata Pak Tua.

Sambil menungu proses bensin di sedot, keduanya saling hanyut dalam obrolan. Mereka kemudian saling mengerti maksud dan tujuan masing-maing saat itu. Dan proses pengisian BBM pun selesai.

"Terimakasih ya mas Bono. Semoga proyeknya lancar," kata Pat Tua.
"Teimakasih juga pak. Semoga tidak telat sampai disekolahan," keduanya saling berbagi tawa.

Pak Tua kembali menggeber mochin-nya untuk mengejar waktu yang semakin mepet. Asap hitam kembali mengepul dari knalpot motonya. Sedangkan Bono lebih dulu pergi meninggalkan mantan tetangganya itu.

"Teng..teng..teng," jam pelajaran sekolah selesai. Anak-anak TK satu persatu keluar dari ruangannya. Pak Tua sudah menungu di gerbang sekolah, tempat dimana cucu kesayangannya mulai menimba ilmu. Dia senang kaena bisa tiba lebih awal sebelum jam pelajaran sekolah usai.

"Kakeeek," teriak cucunya yang sudah hafal dimana kakeknya akan berdiri saat menjemputnya. Pak Tua menyambut dengan senyum dan kemudian menggendongnya.

1 comment:

Kristina Dian Safitry said...

ceritanya cukup inspiratif buat saya.

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...