Wednesday 20 August 2008

Jujur Itu Lebih Baik

Tidak dibuat-buat, semua keluar dari ketulusan hati yang paling dalam.
Tidak ada kebohongan, tidak ada keterpaksaan dan tidak ada basa-basi.
Katakan 'tidak' jika memang tidak suka.
Katakan 'iya' jika memang benar-benar suka terhadap sesuatu.
Jangan membolak-balik perasaan hati, karena hal itu menyakitkan.

Jujur, tekadang memang pahit.
Tapi lebh pahit jika kebohongan justru terbongkar dikemudian hari.
Jujur itu cinta, jujur itu damai, jujur itu ketenangan dan jujur adalah kehidupan.
Mencintai diri sendiri adalah sebuah kejujuran.
Terus terang mengungkapkan cinta kepada orang lain juga kejujuran yang patut dihargai.

Seorang penulis akan menghasilkan karya menakjubkan dengan asa kejujurannya.
Seorang pelukis yang menggores kanvas dengan warna-warna kejujuran, akan menghasilkan lukisan yang mengagumkan.

Jujur itu Cinta, Cinta itu Tulus, Tulus itu Ikhlas, Ikhlas itu Sabar dan Sabar itu tidak pernah mengeluh. Dan yang pasti, jujur itu pasti lebih baik dari apapun.****

Monday 18 August 2008

Hitungan Ajaib

Lepaskan sejenak bebanmu hari ini. Jangan terlalu di porsir dalam bekerja. Mending kita main hitung-hitungan yang sedikit menakjubkan ini.

Penasaran kan? kenapa aku bilang menakjubkan? karena memang ajaib hehe.
Gak perlu aku jelasin panjang lebar deh, mendingan kamu yang udah mampir di blog ini segera ikuti perintah dibawah ini. Hitungan ini aku dapat dari temanku. Coba deh
Lumayan buat ngilangin stress. Kalo kamu nggak nyoba, gak bakalan tau..
Langsung aja, ikutin Langkah-Langkah dibawah ini ya.

1. Sebutin Tanggal lahir kamu.

2. Kalikan 4 (empat),

3. Tambah 13 (tiga belas),

4. Kalikan 25 (dua puluh lima ),

5. Kurangi 200 (dua ratus),

6. Tambah Bulan lahir kamu,

7. Kalikan 2 (dua),

8. Kurangi 40 (empat puluh),

9. Kalikan 50 ( lima puluh),

10. Tambah dengan dua digit terakhir dari Tahun lahir kamu (Contoh: 84),

11. Terakhir kurangi dengan 10.500 (sepuluh ribu lima ratus).

Dari langkah-langkah di atas, maka kamu akan menemukan suatu angka yang sangat unik dan membuat kamu heran. Believe it or not?

Sekarang, silakan kamu coba sendiri..Selamat Mencoba.!!!!

There Are Places I Remember (The Beatle)

Lagu ini begitu melegenda, seperti legenda 'The Beatle' yang terus dikenang penggemarnya. Kata-kata dalam lagu ini sangat sederhana, tapi dalam maknanya. Tidak ada satu tempatpun yang tidak meninggalkan kesan/kenangan saat seseorang mengunjunginya.
Suatu saat kita akan melihat sebuah tempat yang berbeda sekali dari yang kita kunjungi sebelumnya di tempat yang sama. Baik ataupun buruk, itulah kesan yang dirasakan. Perubahan tidak selalu menjadi lebih baik dan juga sebaliknya.

Namun, seluruh kenangan tetap tidak akan berubah. Semuanya sudah terpatri mati dalam memori. Dan suatu waktu memori itu akan menjadi inspirasi. Semua seperti yang diutarakan 'The Beatle' dengan lagunya 'There Are Places I Remamber' ini.
******************************************
(The Beatle)
There are places I remember all my life,
Though some have changed
Some forever, not for better
Some have gone and some remain.

All these places have their moments
Of lovers and friends I still can recall
Some are dead and some are living
In my life I loved them all.

And with all these friends and lovers
There is no one compares with you
And these mem'ries lose their meaning
When I think of love as something new

And I know I'll never lose affection
For people and things that went before
I know I'll often stop and think about them.
In my life I loved you more.

And I know I'll never lose affection [kasih saying]
For people and things that went before
I know I'll often stop and think about them.

In my life I loved you more
In my life I loved you more
********

Thursday 14 August 2008

Untuk Merah Putihku....

Meski komponen warnaMu hanya terdiri dari Merah dan Putih. Cukup sederhana memang. Tapi aku tidak penah memandang remeh diriMu. Karena Kau adalah bendera Bangsaku, bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

17 Agustus 2008 genap 63 tahun usia kemerdekaan Indonesia. Selama itu pulau Kauterus berkibar dengan gagahnya. Tidak ada satupun rakyat Indonesia yang menerima teror saat mengibarkan Kau di tanah air, tidak ada juga yang mengintimidasi atau melarang Kau dikibarkan. Jika ada, aku tidak tahu apakah masih banyak yang rela berkorban untuk-Mu, seperti yang pengorbana para pahlawanMu jaman dahulu.

Untungnya, saat ini Indonesia sudah merdeka, dan Kau merupakan bendera lambang kemerdekaan Indonesia itu sendiri. Kemerdekaan yang aku rasakan jelas bukan hadiah atau pemberian dari negara manapun, tapi hasil perjuangan bangsa Indonesia dengan kekompakannya yang rela memperjuangkan seluruh kepentingan pribadi, bahkan darah dan nyawa sekalipun., demi supaya Kau tetap bisa berkibar.

Pada Merah-Mu melambangkan darah para pejuang yang habis dikorbankan demi kebebasan generasi penerus termasuk aku. Merah juga melambangkan keberanian para pejuang bangsa dalam mengusir penjajah dan mempertahankan apa yang menjadi hak Negara tanpa kenal lelah.

Sedangkan warna Putih sendiri meruakan lambang, betapa sucinya perjuangan pahlawan ketika itu. Mereka sadar bahwa kemerdekaan yang diraih tidak akan dinikmati oleh mereka, melainkan oleh orang-orang yang hidup setelah mereka, termasuk juga diriku.

Semua pahlawan berjuang tanpa kenal lelah dan tidak kenal pamrih. Hanya berbekal bambu runcing dan senjata tradisional lainnya, mereka terus berusaha mengibarkan Kau setinggi-tingginya. Desingan peluru terus mengiringi, dentuman meriam juga terus meneror, namun tidak membuat surut semangat perjuangan pahlawan jaman dulu.

Akupun berusaha untuk tetap memaknaiMu Merah Putihku. Seperti aku memaknai betapa pahitnya perjuangan pahlawan saat beusaha untuk tetap mengibarkan-Mu dulu.

Merah Putih ku, Kaulah lambang kegagahan dan kesucian Indonesia. Gagah dan Suci merupakan dua kriteria generasi yang dibutuhkan Indonesia.

Aku tahu Kau begitu sedih saat melihat dari sebagian bangsaMu justru bangga menempelkan bendera negara lain di dada kiri mereka. Kau betul, mereka memang kurang menghargaiMu. Satu pertanda bahwa pemaknaan dan penilaian atasMu semakin luntur.

17 Agustus adalah hari kemerdekaanMu. Berkibarlah Merah Putihku. Julanglah angkasa. Tegaskan kepada bendera-bendera partai di Negeri ini agar sejenak menunduk ketika Kau berkibar. Mereka semua tidak akan sanggup berkibar, tanpa diriMu bekibar terlebih dahulu. Posisimu lebih tinggi dari bendera-bendera partai itu Merah Putihku. Bicaralah lebih lantang Kau darinya, itu wewenangmu.

Dirgahayu Indonesiaku..Tetap berkibarlah Merah Putihku!!!***

Tuesday 5 August 2008

Cerita Ini Cukup Kita yang Tau ya....

Oleh: Basoruddin Subandi

Aku ingin tertawa jika ingat kejadian malam itu. Kakiku yang masih dalam keadaan sakit dipaksa ikut jalan-jalan oleh Fahmi dan Zainuddin. Mereka sahabat aku ketika masih sekolah di Darunnajah, Jakarta. Waktu itu kakiku keseleo dan benar-benar susah untuk berjalan, karena baru jatuh dari ketinggian sekitar 10 meter saat sedang kegiatan lintas alam dalam sebuah aktifitas kepramukaan.

Setengah terpaksa waktu itu aku ikut kedua bocah yang gemar keluyuran malam itu. Ciputat adalah tujuan kami, dan billiar merupakan permainan yang sama-sama kami gemari, tapi tidak saat kakiku dalam keadaan sakit.

Setelah puas menghajar bola-bola segenggaman orang dewasa diatas meja hijau disebuah pusat permainan billiar, kemudian perut kami sama-sama terasa lapar. Dengan terpincang-pincang aku menyusuri trotoar jalan mengikuti langkah Fahmi dan Zainudin. Famhi dan Zainuddin bukannya prihatin, malah menertawai cara jalanku. Tapi, kadang-kadang mereka membantu , terutama ketika aku mau nyebrang jalan.

Singkat cerita, kami bertiga menemukan tukang jual nasi goreng. Namanya Udin, orang-orang memanggilnya Mang Udin berasal dari Jawa Barat. Dia sangat ramah dan senang bercerita. Waktu itu dia cerita panjang lebar tentang kemolekan gadis-gadis di Jawa Barat. Kami bertiga yang sama-sama pendatangi, masing-maign aku dari Kepulauan Riau, Fahmi dari Medan dan Zainuddin dari Palembang senang mendengar cerita Mang Udin itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB. Biarpun sudah larut malam, tapi Kota Jakarta tidak pernah sepi. Bahkan jam segitu, beberapa pick up tampak sudah mulai berlalu-lalang mengangkut sayur-mayur yang akan dijual di pasar Ciputat.

Cerita mang Udin tentang gadis-gadis Jawa Barat yang katanya aduhai menusuk-nusuk pikiran kami, seiring hembusan angin malam yang merasuk ke pori-pori dan membekukan akal sehat.

Zainuddin tampak menyilangkan kedua tangan didadanya, sementara Fahmi mengempit erat-erat kedua tangan dengan kedua pahanya. Dan aku masih mengelus-elus kakiku yang semakin ngilu karena angin malam yang semakin terasa dingin.

Mata Zainuddin tiba-tiba menatap lurus tak berkedip sambil tersenyum-senyum. Tingkahnya memancing aku dan Fahmi untuk ikut melihat kemana Zainuddin mengarahkan pandangannya.

Kami sama-sama melihat seorang wanita. Bagiku, dia sangat seksi dari kejauhan. Rambutnya panjang bergelombang, kulitnya putih. Tubuhnya yang semampai dibalut t-shirt pres body berwarna hitam. Sementara dibagian bawah hanya ditutupi sebuah rok jeans yang sangat pendek, bahkan nyaris terlihat bagian 'dapur'-nya.

Zainuddin yang sebelumnya mendekap erat tubuhnya dengan kedua tangannya, dan Fahmi yang selalu mengepit kedua tangannya spontan berdiri dengan gaya caper alias cari perhatian.

"Suiiiiit,,suiiit.....Cewek!!," panggil Zanuddin.
"Godain kita dong!!," timpal Fahmi.

Aku memilih diam, karena kurang PD alias Pecaya Diri dengan keadaan kakiku yang pengkor. Sementara, Zainuddin dan Fahmi saling bergantian mengeluarkan segala jurus pamungkasya yang dibawa dari Sumatera untuk berusaha meluluhkan sosok aduhai itu. Dengan sepatu hak tinggi, makhluk malam itu semakin tampak sempurna adanya.

Bukannya jual mahal. Karena merasa ada yang mengggoda wanita itu justru mendekati kami bertiga, bahkan berempat dengan Mang Udin yang sedang sibuk membereskan piring bekas makan kami.

Aku ikut berdiri saat melihat wanita itu mendekat. Namun aku merasa ada yang tidak beres saat sosok yang kami kira wanita itu mulai menyeberang jalan menuju tempat kami.

Dari gayanya aku yakin dia bukan wanita sungguhan, melainkan wanita jadi-jadian alias waria. Zainuddin belum menydari hal itu, begitu juga dengan Fahmi. Pikiran kedua sahabat ku itu sepertinya sedang dibayang-bayangi gadis-gadis Jawa Barat ala cerita Mang Udin. Akupun mulai melangkah menghindar. Percuma mengingatkan mereka, karena sudah terlambat.

Benar dugaannku, dia memang wanita jadi-jadian. Aku semakin yakin ketika dia mengeluarkan kata-kata.

"Maas,, manggil saya ya. Siapa tadi yang manggil!?," tanya waria itu dengan nada dan gaya yang kemayu.

Aku tidak bisa berkata apa-apa, kecuali melihat Fahmi dan Zainuddin yang saling beradu pandang seolah saling menyalahkan. Kemudian, seperti memberi isyarat sebuah aba-aba, Fahmi dan Zainuddin serentak berteriak.

"Bencooooooong!!," kemudian keduanya lari tunggang-langgang.

Dengan spontan, aku juga ikut lari kedua sahabatku itu. Kakiku yang semula terasa sakit, ngilu dan terasa mau patah, tidak terasa lagi saat. Bahkan sebatang kayu yang sempat kujadikan tongkat, entah kulempar kemana.

Merasa kami lecehkan, ciptaan Tuhan berbodi wanita dan berperabot pria itu tampak kesal. Awalnya kami lihat dia megejar sambil mengumpat habis kami bertiga. Namun karena kami sedang dihantui rasa takut yang mendalam, sehingga, jangankan seorang bencong, sprinter kaliber dunia sekalipun mungkin tidak akan mampu mengejar kami saat itu.

Nafas kami tersengal-sengal. Kami istirahat disebuah mushalla setelah yakin tidak ada yang mengejar. Kemudian kami beradu pandang dan saling menertawai satu sama lain. Sekaligus heran dengan kondisi kakiku yang sehat seketika.

"Cerita ini cukup kita yang tau ya," kata Zainuddin tiba-tiba membuka kata-kata sambil menahan tawa. Fahmi justru tertawa mendengar ucapan Zainuddin itu.

"Mang Udin tau bego," katanya. Kemudian kami bertiga tertawa terpingkal-pingkal bersama sampai membangunkan seorang gelandangan yang tidur di Mushalla itu.***

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...