Friday 12 December 2008

40 Hari Tak Kembali, Kakek Gue Dikira Mati..

Kakek gue seorang pejuang. Gue gak pernah sekalipun bertemu dengannya, apalagi ngelihat wajahnya. Namun gue sering dapat cerita tetang dia dari nyokap. Namanya Karimun, dia adalah tentara pemberani dan punya prinsip 'Kalau berani ya berani sekali, dan jika takut, jangan sok berani'. Meski gak pernah bertemu, namun gue merasa bangga karena masih bisa mendapat cerita tentang dia.
Suatu saat kakek bersama pasukannya berada di sebuah camp tentara yang berada di perbatasan Jawa Timur. Di Camp tersebut mereka merencanakan strategi untuk menyerang pasukan Belanda yang ketika itu sedang merajalela di tanah Jawa. Mereka merencanakan serangan di pagi buta, saat pasukan Belanda sedang tidur lelap dan lengah. Setelah rencana tersusun matang, kakek dan pasukan tidak tidur. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk kemudian bergerak melakukan serangan.
Namun menjelang setengah jam akan melakukan serangan ke markas Belanda, justru pasukan Belanda telah melakukan serangan terlebih dahulu mengguakan pesawat tempur. Kakek dan pasukannya kocar-kacir dibuatnya karena dihujani peluru dan dijatuhi bom dari pesawat. Teman-temannya banyak yang mati hancur berkeping-keping. Camp yang mereka buat menjadi lautan darah seketika.
Beruntung kakek cepat-cepat loncat ke sungai. Entah dengan pertolongan apa, dia bisa bertahan dalam air begitu lama. Dia menyelam hingga jauh sekali. Selama menyelam dia masih bisa melihat kilatan-kilatan bom yang menghunjam ke camp-nya. Kakek kemudian keluar dari dalam air manakala dirasakan sudah jauh dari pusat camp dan aman dari serangan pasukan udara Belanda.
Kakek gue baru sadar, rupanya ada mata-mata Belanda yang menyusup didalam pasukannya dan membocorkan semua strategi yang sudah direncanakan. Nasi sudah menjadi bubur, Kakek kemudian nggak pernah tau apakah masih ada pasukannya yang selamat dari serangan itu. Kalaupun ada, tentu mereka juga mengnggap kakek juga sudah mati berkeping-keping terkena bom Belanda yang dahsyat itu.
Waktu terus berjalan, ditengah kesengsaraannya dalam pelarian. Istrinya, Marsatun, nenek gue, sangat menantikan dia kepulangannya. Lebih sebulan kakek nggak ngasih kabar kepada keluarga setelah tersebarnya serangan pasukan Belanda di camp itu. Nenek pun pasrah, tapi dia terus menanti suaminya kembali, walaupu dalam sudah berbentuk mayat sekalipun. Syukur-sykur masih hidup.
Genap 40 puluh hari kakek tak juga pulang. Nenek dan keluarganya yang lain semakin pasrah. Mereka semua yakin, kakek gue sudah meninggal saat serangan itu. Acara 40 hari kepergian kakek pun digelar. Tetangga saling berdatangan dengan membawa kue 'apem' untuk memberikan doa bagi seseorang yang sudah meninggal dunia. Nenek terus menangis, namun tetap pasrah. Karena memang itulah resiko memiliki seorang suami tentara zaman perang ketika itu.
Acara sederhana namun banyak sekali tetanga yang hadir dan memberikan support kepada nenek dan keluarga ketika itu. Rumah nenek yag sempit sampai tidak bisa menampung tetangga. Akhirnya sebagian duduk di teras rumah.
Tanpa diketahui oleh keluarga dan tetamu yang hadir untuk memperingati 40 hari kepergian kakek. Rupanya tepat saat itu juga kakek gue pulang ke rumah. Dia terlihat kurus karena tidak mendapat asupan makanan yang layak selama dalam pelarian. Pakaiannya compang-camping dan dekil. Kakek melihat ada keramaian di rumahnya, namun masih belum tahu acara apa gerangan. Tidak mau menggangu acara, kakek menunggu di kegelapan sambil higga acara selesai. Namun dia tersentak manakala mendengar namanya dikirimi doa, karena telah meninggal dunia dan memasuki hari yang ke-40.
Mendengar doa itu dikirimkan untuk namanya, kakek seketika langsung keluar dan berdiri didepan pintu dengan wajah kurus, pucat dan pakaian compang-camping. Orang yang hadir dalam acara itu tidak percaya, tidak sedikit yang mengira itu bukan kakek gue Karimun, melainkan makhluk halus yang menjelma menyerupai dia.
Tetamu yang hadir dan asik bersantai sambil meikmati kue apem di teras rumah, seketika lari berhamburan karena ketakutan. Si pembaca do'a menguatkan doanya dengan harapan 'setan' yang mejelma di depan pintu itu segera pergi dan takut mendengar doa-doa di baca. Kakek masih belum bereaksi, dia sendiri tidak percaya jika orang-orang telah menganggapnya mati.
Dipandanginya orang-orang diseisi rumahnya dengan seksama. Dimulai dari istrinya yang menangis sambil membaca doa, begitujuga keluarga dekat lainnya.
"Ini aku, Karimun. Aku masih hidup. Jangan pada takut, ini aku Karimun, Karimun!!," kakek mengulang berkali-kali menyebut namanya. memastikan orang-orang agar percaya bahwa dia masih hidup.
Kakek gue akhirnya bercerita bagaimana dia bisa selamat dari serangan itu. Dan bagaimana dia mempertahankan diri selama dalam pelarian. Semua tamu kemudian percaya dan nenek gue adalah orang yang paling beruntung dan merasa bahagia atas kepulangan suaminya yang pernah dia anggap sudah meninggal itu. I miss U kakek....Semoga segala amalmu dan keberanianmu membela agama dan neara diterima di sisi Allah SWT..Amiin..!! kakek tetap pahlawan bagi gue..

No comments:

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...