Thursday 3 April 2008

Ketika Iblis Merindukan Surga

Oleh: Basoruddin Subandi

Diatas sebuah pegunungan berbatu, disebelah selatan perkampungan yang terkenal dengan
sebutan kampung para Santri. Sesosok Iblis dengan bangganya mencengkeram sepenggal kepala manusia kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Sebilah pedang yang masih berlumuran darah terhunus di tangan kananya, darah segar pun mengucur membasahi bebatuan disekitarnya.

Lusinan kepala lainnya sudah tergeletak disekitar bebatuan tempat Iblis itu berdiri. Dan entah berapa banyak lagi kepala yang akan dia cari untuk menambah koleksinya. Sementara, setiap hari terdengar jeritan kepedihan orang-orang yang kehilangan anak tercintanya.

Memang inilah tujuan kehadiran Iblis di dunia. Dia datang untuk membunuh dan membuat kekacauan dimuka bumi. Semakin banyak kepala yang terpenggal, semakin
banyak pula kesempatan Iblis untuk hidup lebih lama didunia.

Sang Iblis menyeringai dengan penuh kepuasan diatas bukit berbatu yang dia anggap sebagai
singgasananya itu. Iblis pun merencanakan sebuah misi berikutnya. Sambil menyeringai
dia pandangi dengan seksama gerak-gerik kampung para santri yang tak jauh dari tempat dia berdiri, dengan sorot mata yang tajam dan buas.

Iblis tidak pernah tidur, dia tidak pernah lelah dan tidak pernah putus asa. Iblis selalu
mencari kesempatan untuk menggorok leher anak-anak manusia yang lengah. Pekerjaannya
tidak selalu mulus, tapi Iblis tidak pernah menyerah menjalankan misi biadabnya itu.
Merayu, menjilat hingga terang-terangan dia lakukan tanpa perduli.

Toh semua orang sudah mengetahui. Iblis adalah Iblis, dia sumber kekacauan dan kehancuran bagi anak cucu Adam yang hidup di muka bumi. Iblis sendiri tidak bisa menyembunyikan rahasia tujuan dia diciptakan kemuka bumi itu.

****
Di dalam pendopo, disebuah perkampungan para santri , beberapa orang sedang membentuk sebuah halaqah kecil. Beberapa orang itu terlihat sedang berdiskusi kecil dibimbing seorang sepuh berusia tengah baya. Pria itu berjubah putih dan berpakaian layaknya seorang kiai. Salah
satu topik pembicaraan mereka dalam diskusi adalah tentang kehadiran Iblis yang
meresahkan masyarakat di kampung sebelah mereka tinggal.

Sebelumnya Iblis memang telah berhasil mengobrak-abrik sebuah kampung tua berjuluk kampung Gembala yang tidak jauh letaknya dari perkampungan para Santri itu. Cara adu domba yang dilakukan Iblis efektif membuat kampung Gembala tidak lagi berpenghuni, sebagian ada yang menjadi pengikutnya dan sebagian lagi dihabisi nyawanya satu persatu.

Orang-orang dinpendopo itu kenal betul siapa Iblis. Tujuan iblis diciptakan memang untuk membuat kekacauan. Mereka tidak heran ketika Iblis melakukan pembantaian terhadap sekumpulan anak manusia, karena memang itu pekerjaannya.

"Bagi Iblis, semakin banyak kekacauan yang dia buat, maka semakin terbuka pintu surga
baginya. Padahal,berdasarkan ajara yang kita anut, pintu surga hanya akan terbuka jika kita
melakukan banyak perbuatan baik," ujar salah seorang diringi anggukan kepala secara
bersama-sama oleh rekan-rekannya yang lain.

Tanpa disadari oleh mereka yang sedang berdiskusi, rupanya Iblis sedang menguping
pembicaraan orang-orang itu sambil tetap menghunus pedang ditangan kanannya. Sedianya, Iblis itu ingin menghabisi seluruh manusia yang ada didalam pendopo itu, karena dia selalu ingat pesan mendiang bapaknya, jika ingin masuk surga perbanyaklah buat keonaran.

"Habisi semua manusia yang tidak mau ikut kata-katamu. Semua manusia adalah
pembangkang,bunuh mereka semua jika kamu menginginkan surga," Iblis mengingat pesan orang tuanya itu.

Sudah tidak terhitung kepala manusia yang berhasil ia penggal, juga tak terkira berapa
banyak anak manusia yang berhasil ia jerumuskan menjadi pengikutnya. Tapi Iblis rupanya
belum merasakan tanda-tanda pintu surga untuknya segera dibuka. Perkataan orang didalam
pendopo itu telah memberikan pemahaman baru akan doktrin orang tuanya yang dia ikuti selama ini.

Genggaman pedang ditanganya perlahan melemah. Sorot matanya yang sedianya tajam menatap halaqah beberapa orang itu,tiba-tiba meredup dan spontan menunduk. Iblis pun membalikkan badan dan pergi meninggalkan halaqah dan tidak jadi menghabisi manusia-manusia yang ada dalam pendopo.

***
Iblis kembali ke perbukitan berbatu, tempat ia melampiaskan keberhasilannya atas setiap
kepala yang berhasil ia penggal. Namun kali ini dia datang tanpa kepala manusia, tanpa
darah segar membasahi pedangnya dan tanpa seringai kepuasan yang ia perlihatkan.

Dia hanya terduduk lesu diatas batu berenoda darah yang mulai mengering. Kata-kata orang dalam pendopo itu membuat dia dipaksa memutar otak. Disamping, dia juga selalu ingat pesan orang tuanya.

"Aku hanya ingin menjamah surga.Tapi aku tidak tahu perkataan siapa yang benar dan harus aku ikuti," kata Iblis dalam hati dengan mata yang berkaca-kaca.

Dicampakkannya pedang hingga sejauh beberapa meter didepan tempat ia terduduk. Kemudian
dipandanginya onggokan kepala manusia yang ia koleksi diatas bebatuan itu. Iblis itupun
meneteskan air mata, dia masih belum mengetahui apakah semua yang telah dia lakukan selama ini benar adanya.

Perkataan orang di pendopo yang ia dengar itu terus terngiang ditelinganya setiapsaat, "Surga tidak untuk pembunuh. Tapi surga hanya untuk orang-orang yang sholeh, yang selalu berbuat baik dan selalu menghindari kekacauan," itulah perkataan yang baru sajas dia ingat. Dan sangat berlawanan dengan pesan orang tuanya.

Iblis pun berkelahi melawan egonya. Kehampaan hidup semakin dia rasakan. Sejauh ini dia tidak kenal benar atau salah yang dia lakukan, dia hanya ingin menjamah surga. Namun, orang tuanya
telah mengajari yang salah untuk mendapatkannya.

Kini semua orang sudah terlanjur mengenalnya sebagai pembuat keonaran, makhluk bengis tanpa hati nurani. Pembunuh, pemperkosa, pembantai, penghasud, penjilat, munafik, sombong, egois dan merasa benar sendiri.

Semuanya bergidik ketakutan saat Iblis datang kesebuah perkampungan. Namun, orang-orang selama ini tidak diam begitu saja. Beberapa orang bahkan sedang menyusun rencana untuk menghabisi Iblis itu, sebagai aksi balas dendam atas perbuatannya selama ini.

***
Iblis yang selalu merindukan surga itu masih terduduk lesu. Dia masih menimbang kebenaran,
antara perkataan orang tuanya dan perkataan orang yang berada di pendopo yang baru dia dengar. Tidak ada guru ketiga yang bisa dia mintai penjelasan. Perkataan orang di pendopo itu dia anggap masuk akal, namun dia tidak mungkin tidak mempercayai orang tua yang membesarkannya.

"Sungguh, aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Aku hanya ingin menjamah Surga yang pernah dijanjikan orang tuaku," suara Iblis itu lirih sambil menyesali kebodohannya.

Sang pembunuh, penghasud, penjilat yang terkenal berhati batu itu tak mampu menahan
penyesalan. Dia sadar, sudah terlalu cepat bertindak sebelum mengetahui betul bahwa yang
dia lakukan selama ini salah adanya.

Iblis yang sedang kalut itu tidak mengira jika beberapa orang ternyata sedang mengintai
keberadaannya. Orang-orang yang mengintai itu bersenjatakan panah, pedang, bambu runcing,
tombak hingga senjata api. Dengan misi memburu iblis sang pengacau untuk dibunuh agar tidak
ada kekacauan lagi dikampung mereka.

Orang-orang yang lengkap dengan berbagai senjata itu melihat iblis tertunduk lesu sambil
memukuli tanah, seakan ada hal yang sangat ia sesalkan.

Namun, karena sudah terlanjur dendam kusumat dengan sosok keji itu, orang-orang itupun pun tidak mau tau persoalan apa yang disesalkan Iblis. Wajah-wajah manusia itu terlihat sangat garang dan jauh lebih garang dari wajah Iblis yang sedang mereka pandangi.

"Bunuuuuh!!! Itulah iblis yang telah menghabisi seluruh keluargaku dan memperkosa istriku,"
teriak salah seorang yang tidak mampu menahan emosinya setelah melihat iblis yang dia cari
cukiup lama.

Seketika, orang itu melepaskan sebuah anak panah dari busurnya dengan kecepatan tinggi. Iblis
sempat kaget dan menoleh mendengar teriakan itu, tapi dia tidak menyangka jika dalam waktu
bersamaan ada anak panah yang mengarah kepadanya. Iblis tidak punya waktu untuk mengelak dan anak panah itu pun tepat tertancap dikeningnya, tembus hingga kepala bagian belakang.

Iblis terkapar seketika. Darah segar keluar dari kepalanya. Namun dia masih tetap
bernafas. Bahkan dia masih mampu bangun kembali.

Melihat sang Iblis Bangun, sekumpulan manusia yang sudah lengkap dengan berbagai senjata itu secara bersamaan mengeroyok Iblis. Mereka menghabisi Iblis itu tanpa memberi kesempatan
untuk membela diri.

"Seraaaang! Habisis dia, jangan biarkan dia hidup terlalu lama. Selama ada dia, hidup kita
tidak akan tenang," teriak salah seorang lagi dari mereka.

Dalam seketika, Iblis menerima serangan lanjutan dengan bertubi-tubi. Tidak hanya panah, tapi tombak dan bambu runcing menancap ditubuhnya. Belum lagi bekas sabetan pedang dibagian leher, kaki, tangan, paha, perut dan lainnya.

Ususnya terburai dari perutnya, biji mata kirinya keluar dan kedua daun telinganya
habis disayat pedang. Iblis terkapar tak berdaya, namun jantungnya masih tetap berdenyut. Meski demikian tetap tidak ada tanda-tanda dia akan mampu bertahan hidup.

"S..am..pai ket..e..mu di s..ur..ga, te..r..nya..ta bap..ak..ku ber..k..at..a be..n..ar,"
tiba-tiba iblis itu berucap lirih sambil terbata-bata. Setelah itu dia menghembuskan nafas terakhirnya sambil menyunggingkan sebuah senyum.****

New Entri

Lai Ba Ju

Jam 06.45 WIB, bel sekolah SD Impian baru saja dibunyikan. Para siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 6 segera berbaris didepan kelas m...